Peringkat Utang RI Naik Jadi Positif, BI: Fitch Mengenal Baik Perkembangan RI

Peringkat Utang RI Naik Jadi Positif, BI: Fitch Mengenal Baik Perkembangan RI

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Jumat, 23 Des 2016 15:57 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Lembaga pemeringkat Fitch Rating meningkatkan outlook sovereign credit rating Indonesia dari stabil menjadi positif. Membaiknya peringkat utang Indonesia terjadi karena keberhasilan berbagai otoritas menjaga kestabilan ekonomi Indonesia.

Membaiknya peringkat utang Indonesia disambut baik oleh Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara. Menurutnya, lembaga pemeringkat Fitch memang mengamati pergerakan ekonomi Indonesia lebih mendalam.

"Kalau kita perhatikan memang Fitch itu mengikuti Indonesia lebih saksama, lebih dekat dan lebih reguler melihat perkembangan ekonomi Indonesia," ujar Mirza di Kompleks BI, Jakarta Pusat, Jumat (23/12/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mirza mengatakan, Fitch juga yang pertama kali memberikan peringkat investment grade kepada Indonesia. Sehingga dengan perbaikan peringkat utang Indonesia ke level positif juga menandakan bahwa Fitch memonitor perkembangan ekonomi Indonesia.

"Sehingga memang tidak heran jika Fitch yang pertama kali memberikan kita investment grade dan juga kalau sekarang mereka meng-upgrade outlook dari netral menjadi positif itu juga ya menunjukkan bahwa Fitch mengenal baik perkembangan Indonesia," ujar Mirza.

Tentunya Fitch mempertimbangkan beberapa elemen saat menaikkan peringkat utang Indonesia ke level positif. Beberapa elemen yang jadi pertimbangan, antara lain kondisi inflasi yang terus terjaga di kisaran 3% sejak 2015.

Selain itu, defisit neraca transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) juga masih berada dalam level wajar di 2%. Defisit APBN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga mampu ditahan di bawah 3%.

"Karena kalau kita lihat dari perkembangan ekonomi Indonesia kalau kita bicara beberapa rasio makro yang selalu diperhatikan investor dan credit rating, satu misalnya inflasi," kata Mirza. (drk/drk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads