Bunga The Fed Diprediksi Naik, Bagaimana Arah Suku Bunga Acuan BI?

Bunga The Fed Diprediksi Naik, Bagaimana Arah Suku Bunga Acuan BI?

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Selasa, 03 Jan 2017 14:45 WIB
Foto: Tim Infografis, Mindra Purnomo
Jakarta - Ruang pelonggaran moneter Bank Indonesia (BI) di tahun 2016 sudah tidak ada setelah beberapa kali suku bunga acuan BI atau BI 7 Days Reverse Repo Rate diturunkan.

Di tahun ini, para analis memperkirakan akan ada kenaikan lanjutan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Bagaimana arah suku bunga acuan BI tahun ini?

"Secara umum, kita kan sudah melihat ada kenaikan (The Fed) di bulan Desember 2016, dan kita sudah membaca bahwa mereka memberikan signal di tahun 2017 akan ada kenaikan yang lebih daripada yang diprediksi sebelumnya. Di tahun 2017 akan ada kenaikan 3 kali. Di tahun 2018 juga menurut banyak analis juga akan dilakukan kenaikan 3 kali," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (3/1/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait hal itu, Agus mengungkapkan, Indonesia perlu mempersiapkan diri akan adanya kenaikan suku bunga The Fed. Naiknya suku bunga acuan bank sentral AS tersebut akan membuat nasabah yang punya utang valas akan membayar lebih mahal.

"Jadi secara umum, kita perlu mempersiapkan diri bahwa lingkungan dunia akan membuat orang yang meminjam dalam valuta asing atau dalam US dolar, perlu membayar lebih mahal. Dan ini perlu diantisipasi," ucap dia.

Meski demikian, kata Agus, untuk tahun 2017 secara umum, sudah ada perbaikan-perbaikan dari harga komoditi. Sebelumnya, selama tiga tahun terakhir, harga komoditas terus mengalami penurunan. Tetapi di tahun 2016 terakhir, banyak harga komoditi yang sudah membaik. Memang belum seperti semula, tetapi sudah ada perbaikan.

"Kita juga lihat harga minyak sudah membaik. Jadi hal-hal ini merupakan satu signal positif bagi Indonesia. Kita di Bank Indonesia melihat ini adalah tahun recovery, tahun pemulihan. Dan ini akan didukung dengan kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun 2016," terang dia.

Menurut Agus, ekonomi Indonesia dalam keadaan baik. Itu tercermin dalam inflasi yang rendah, transaksi berjalan yang terjaga, walaupun ada defisit di bawah 2%. Neraca perdagangan surplus, cadangan devisa meningkat. Jadi, secara umum ekonomi Indonesia dalam keadaan stabil.

"Dan kita akan siap kalau seandainya perlu ada environment atau lingkungan yang bunga meningkat, kita tidak terlalu khawatir akan berdampak kepada capital reversal yang besar kepada ekonomi Indonesia," pungkasnya. (drk/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads