Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, dari pantauan Federal Open Market Committee (FOMC) yang telah berlangsung beberapa waktu lalu, diprediksi kenaikan suku bunga the Fed akan kembali naik dua kali dalam tahun ini.
Hal ini menurutnya, membuat kondisi ekonomi global menjadi lebih kondusif di awal tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini juga dipercaya membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di awal tahun ini bergerak relatif stabil dan dalam beberapa hal sedikit menguat di tengah kondisi global yang memang masih tidak menentu.
Perry berujar, BI akan terus memantau bagaimana pengaruh pemilihan Presiden di AS, mengenai pengambilan sumpah maupun rencana-rencana kebijakan Presiden baru AS dan dampaknya terhadap ekonomi global dan pasar keuangan AS.
Dari sejumlah kondisi perekonomian global saat ini, suku bunga Bank Indonesia diprediksi masih memiliki ruang untuk turun.
"Tapi kita harus kaliberasi kenaikan dari administered prices itu. Tapi dari kondisi global yang tidak menentu itu kenapa kemudian BI kemarin memutuskan untuk BI 7 days repo rate 4,75. Dan memang kita lebih mengarahkan kebijakan suku bunga, nilai tukar dan juga terkait dengan mengenai surveilance di sistem keuangan lebih kepada arahnya menjaga stabilitas makro dan sistem keuangan," tutur Perry.
Sementara untuk menjaga pertumbuhan, BI akan mengandalkan instrumen baurannya yang lain, yakni bagaimana mengendorkan likuiditas untuk mendorong perbankan menyalurkan kredit. Dan kemudian melihat dampak relaksasi makroprudensial yang saat ini tengah dilakukan.
"Ini yang kita maksud membalas antara kepentingan stabilitas dan pertumbuhan, dengan melihat bagaimana risiko dalam negeri rencana kenaikan administered prices dan risiko di globalnya," pungkasnya. (drk/drk)