Direktur Eksekutif Penjaminan dan Manajemen Risiko LPS Didik Madiyono menyebutkan, proyeksi pertumbuhan kredit sebesar 9,2% tahun ini ditopang oleh kenaikan harga komoditas. Beberapa kenaikan harga komoditas, antara lain kelapa sawit, batu bara, dan minyak dunia.
"Kredit 9,2% tahun ini. Kalau dari harga komoditas kan yang sudah jelas sawit, batu bara, minyak juga naik," tutur Didik di Kantor LPS Equity Tower, Jakarta, Kamis (12/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ekonomi membaik itu kan diharapkan kalau ekonomi membaik. Daya beli masyarakat naik, produksi naik, modal kerja perusahaan naik berarti modal kerja meningkat," kata Didik.
Selain itu, masifnya pembangunan infrastruktur juga ikut menyumbang pertumbuhan kredit tahun ini. Sektor consumer seperti kredit rumah dan kendaraan bermotor juga ikut menyumbang pertumbuhan kredit tahun ini.
"2017 paling kuat sebenarnya infrastruktur sama konsumer. Kemarin juga sudah direlaksasi LTV (Loan to Value) rumah. Paling cepat kendaraan bermotor berarti kredit pemilikan mobil meningkat," tutup Didik.
Inflasi
Pada sisi lain, inflasi tahun ini berada di level 4,7%. Proyeksi inflasi tahun ini lebih tinggi dari inflasi tahun 2016 yang berada di level 3,02%.
Lonjakan inflasi tahun ini disumbangkan oleh kenaikan harga BBM non subsidi dan pencabutan subsidi sebagian pelanggan 900 VA.
"Inflasi tahun ini diperkirakan 4,7%. Faktornya ada kenaikan BBM (non subsidi), pencabutan subsidi listrik. Listrik itu aja bisa (menyumbang) 1%, bisa sampai 4%," jelas Didik.
Rencana kenaikan harga Elpiji tahun ini bisa ikut menjadi pendorong utama. Di samping itu juga kenaikan harga rokok yang disebabkan kenaikan cukai oleh pemerintah.
"Faktor utama kita ini adalah terutama listrik, BBM, kemudian Elpiji. Cukai pengaruhnya sekitar 0,3%, yang sampai 1% listrik," kata Didik. (mkj/mkj)