AS berkaitan dengan pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS yang salah satu rencana kebijakan fiskalnya bisa memicu kenaikan suku bunga acuan AS lebih cepat. China masih tengah berupaya menciptakan kestabilan ekonomi.
"Ada beberapa disebutkan seperti fed fund rate yang akan naik, kemudian kebijakan luar negeri dari AS dan Tiongkok, kebijakan internasionalnya seperti apa," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (19/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, perekonomian China mengalami pertumbuhan membaik, tercermin pada peningkatan penjualan eceran dan investasi swasta. Di pasar komoditas, harga minyak dunia diperkirakan dalam tren meningkat. Demikian pula, harga komoditas ekspor Indonesia membaik ditopang oleh kenaikan harga batubara dan beberapa jenis logam khususnya tembaga dan timah.
"Tapi ke depan memang ada ketidakpastian dari hal-hal tersebut," imbuhnya.
Inflasi terkendali dengan baik, dengan realisasi sebesar 3,02% pada 2016. Akan tetapi melihat ketidakpastian dari eksternal yang begitu besar, sehingga tidak memungkinkan BI untuk kembali menurunkan suku bunga acuan.
"Kita nggak bisa turun lagi meskipun akhir Desember 2016 inflasinya hanya 3,02%, tapi BI tetap menjaga dan mempertahankan segitu karena harus menjaga stabilitas, sementara juga perlu mendorong momentum pertumbuhan ekonomi nasional," terang Tirta. (mkj/dna)











































