Tak Ada Lagi Ruang untuk BI Turunkan Suku Bunga

Tak Ada Lagi Ruang untuk BI Turunkan Suku Bunga

Maikel Jefriando - detikFinance
Rabu, 25 Jan 2017 17:20 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Level 4,75% dianggap menjadi batas paling rendah dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7 Days Reverse Repo Rate. Otoritas moneter tersebut tidak lagi memiliki ruang untuk meneruskan pemangkasan suku bunga acuan.

"Tidak ada lagi ruang penurunan suku bunga acuan," kata Chatib Basri, Mantan Menteri Keuangan pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), saat berbincang dengan detikFinance, Rabu (25/1/2017).

Chatib menjelaskan, dari dalam negeri sebenarnya tidak ada permasalahan yang begitu signifikan. Inflasi, meskipun ada kemungkinan kenaikan harga yang diatur pemerintah, tapi masih berada dalam rentang yang diasumsikan BI, yaitu 4-5%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebijakan pemerintah tetap akan membuat perekonomian tumbuh stabil. Terutama dari sisi fiskal. Langkah untuk menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) agar menjadi kredibel akan menjaga pasar keuangan dari gejolak.

Permasalahan sebenarnya justru datang dari eksternal, khususnya pasca berjalannya pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Trump ingin ekonomi AS tumbuh lebih cepat, yaitu 4% per tahun. Padahal sekarang realisasinya hanya sekitar 1,6%

Caranya adalah pemangkasan tarif pajak dan menarik dana warga AS yang selama ini bertengger di negara lain atau disebut repatriasi. Ini akan mengurangi penerimaan negara. Belanja akan dibuat agresif sehingga yang terjadi adalah tambahan utang. AS seharusnya waspada karena sekarang rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sudah melebihi 100%.

Kondisi itu sangat mempengaruhi ekspektasi investor, terutama terhadap suku bunga acuan AS atau fed fund rate. Dari yang awalnya diperkirakan kenaikan terjadi dua kali, bisa terjadi sebanyak 3-4 kali degan besaran 25 basis poin pada setiap kenaikan.

"Dalam kondisi seperti itu, BI tidak bisa memangkas lagi. Menahan suku bunga sudah baik, tapi ke depan lebih mungkin suku bunga akan dinaikkan," jelas Chatib.

Menurut Chatib, BI tidak perlu khawatir hal tersebut akan memperburuk pertumbuhan kredit. Pada faktanya, ketika suku bunga turun drastis kredit perbankan juga tidak tumbuh seperti yang diharapkan. Realisasi 2016 hanya 8% dan Chatib memproyeksikan tahun ini tidak lebih dari 10% atau di bawah perkiraan BI yang sebesar 10-12%.

Hal ini dikarenakan permintaan kredit memang lemah. Tidak cukup banyak investor yang ingin mendirikan usaha atau ekspansi karena pasar ekspor yang tidak menunjukkan perbaikan. Sedangkan pasar dalam negeri tumbuh, namun cenderung stagnan.

"Suku bunga acuan tidak signifikan pengaruhnya ke kredit perbankan," paparnya.

(mkj/mkj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads