Di China, Belanja di Kaki Lima Sudah Tak Bayar Cash

Laporan dari Xiamen

Di China, Belanja di Kaki Lima Sudah Tak Bayar Cash

Feby Dwi Sutianto - detikFinance
Jumat, 17 Feb 2017 11:14 WIB
Foto: Feby Dwi Sutianto-detikFinance
Jakarta - Layanan pembayaran non tunai atau non cash payment adalah fenomena yang sangat marak di seluruh belahan dunia, tak terkecuali di China. Pembayaran non tunai di Negeri Tirai Bambu dilakukan dengan aplikasi ponsel pintar (smart phone) hingga kartu.

Pembayaran non tunai ini bisa dilakukan saat bertransaksi seperti membeli minuman di vending machine, membayar tagihan makanan di rumah makan skala kecil sampai restoran cepat saji, belanja di Pedagang Kaki Lima (PKL) hingga supermarket modern, makan di kantin kampus, membayar biaya tagihan taksi, sampai penggunaan sepeda berbasis aplikasi (bike sharing).
Bayar makanan di restoran dengan non tunaiBayar makanan di restoran dengan non tunai Foto: Feby Dwi Sutianto-detikFinance

Sistem 'dompet digital' atau e-wallet yang diselenggarakan oleh penyedia jasa non bank ini juga telah diatur dan diawasi oleh Bank Sentral China, People's Bank of China (PBOC) sejak tahun 2010.

E-wallet yang dikelola oleh penyedia jasa tersebut terkoneksi dengan rekening bank pemilik account sehingga setiap transaksi secara otomatis akan mengurangi saldo tabungan pemilik.
Belanja di minimarket, bayar pakai smartphoneBelanja di minimarket, bayar pakai smartphone Foto: Feby Dwi Sutianto-detikFinance

Untuk layanan pembayaran non tunai berbasis aplikasi di China, terdapat 2 provider yang sangat familiar yakni Alipay (Alibaba Group) dan WeChat (Tencent Holdings).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cukup bermodal smart phone, kita bisa mendownload aplikasi yang disediakan 2 provider tersebut. Selain menyediakan layanan pembayaran non tunai, aplikasi yang telah dipakai ratusan juta warga China itu bisa juga digunakan untuk mendukung belanja online hingga mengelola produk investasi.

Kali ini, detikFinance tidak akan menggali masing-masing produk namun lebih fokus terhadap manfaat layanan tersebut dalam mendukung perkembangan non cash payment di China.

Lantas, bagaimana kondisi nyata pembayaran non tunai di China?

PKL Lebih Suka Pembayaran 'Non Cash'

Untuk merasakan sensasi layanan non tunai. Pertama kali, kami mendatangi sebuah rumah makan Muslim (Qingzhen De Fanguan) di dekat Xiamen University, Siming Campus, Distrik Xiamen, Provinsi Fujian.

Di sini, kami bertemu dengan pengelola restoran bernama Muhammad Ilyas. Ia mengaku sudah 1,5 tahun menerima pembayaran non tunai. Pilihan pembayaran ditentukan oleh pelanggan restorannya.

"Kalau saya, bisa menerima pembayaran non cash dan tunai. Di sini masih banyak yang pakai cash. Kalau yang bayar pakai non cash biasanya warga sekitar (mahasiswa)," ujarnya.
Belanja di PKL, bayar pakai non tunaiBelanja di PKL, bayar pakai non tunai Foto: Feby Dwi Sutianto-detikFinance

Bila opsi pembayaran non tunai dipilih, pembeli cukup men-scan barcode yang tersedia di dekat kasir. Pembeli bisa memilih pembayaran memakai Alipay ataupun WeChat. Ketika transaksi sukses, pelanggan cukup menunjukkan hasil transaksi ke penjaga restoran.

"Saya tunggu dulu sampai pembeli menunjukkan kalau sudah bayar, atau saya cek di ponsel," tambahnya.

Sementara itu, Hong Ji, PKL penjual buah di depan area kampus Xiamen University mengaku telah 2 tahun menerima layanan pembayaran non tunai. Ia tertarik bergabung karena saat itu banyak rekan-rekannya sesama PKL telah melayani pembayaran non tunai. Selain itu, para pembeli juga kerap bertanya mengenai pilihan pembayaran.

Saat akan membuka layanan non tunai, Hong tak mengalami kesulitan. Proses registrasi pembukaan account di Alipay dan WeChat, menurutnya sangat mudah dan tanpa embel-embel pungutan biaya.

"Saya sudah gabung sejak 2 tahun. Saya registrasi dan download sendiri aplikasinya (user friendly)," ujar Hong.

Rata-rata pembeli yang membayar non tunai, ujar Hong, adalah anak-anak muda seperti kalangan mahasiswa. Sedangkan, orang tua lebih suka membayar secara uang tunai. Bila disuruh memilih, Hong lebih tertarik pada pembayaran non tunai.

"Saya lebih suka orang bayar pakai non cash (WeChat atau Alipay) karena enggak perlu bingung cari uang kembalian," tambahnya.

Kantin Kampus Tidak Melayani Pembayaran Tunai

Budaya transaksi non tunai sangat terasa di lingkungan pendidikan di China, salah satunya di Xiamen University. Selama belajar di sini, mayoritas pembayaran dilakukan secara non tunai, seperti saat makan di kantin kampus.

Tidak ada transaksi tunai pada kantin kampus yang melayani mahasiswa. detikFinance pernah punya pengalaman, ketika pertama kali makan di kantin kampus. Saat makanan telah dipesan, kini giliran pembayaran.

Tak ada kasir, yang ada para mahasiswa menempelkan kartu ke mesin pembayaran. Kami kemudian mencoba melakukannya. Ternyata tidak berhasil. Dengan wajah bingung, kembali kartu ditempelkan pada mesin pembayaran namun gagal. Untung saja ada seorang senior yang melihat kebingungan kami, kemudian Ia membayar makanan yang kami pesan menggunakan kartu mahasiswanya.
Makan di kantin kampus, bayar tinggal tempel kartu mahasiswaMakan di kantin kampus, bayar tinggal tempel kartu mahasiswa Foto: Feby Dwi Sutianto-detikFinance

Dari sana, saya mencari tahu. Ternyata, kartu mahasiswa harus diaktifkan di bank agar terkoneksi dengan rekening tabungan sehingga bisa digunakan untuk pembayaran non tunai di area kampus.

Pengisian saldo di kartu mahasiswa bisa menggunakan fasilitas mesin 'ATM khusus' yang terpasang di beberapa sudut kampus seperti kantin, atau bisa juga melalui layanan yang tersedia di Alipay.

Tak hanya di kantin, kartu mahasiswa juga bisa dipakai untuk belanja di minimarket kampus, membayar listrik di asrama hingga membayar jasa mesin fotocopy.

Lupa Bawa Dompet, Bisa Bayar Lewat Hp

Manfaat layanan pembayaran non tunai juga dirasakan oleh warga asing di China. Michael, mahasiswa asal Afrika yang telah 2 tahun di China ini, mengaku sangat nyaman melakukan transaksi non tunai di Negeri Tirai Bambu.

Ia lebih mengandalkan pembayaran non tunai untuk setiap transaksi.

"Aku kemana-mana kalau belanja pakai non cash di ponsel. Bisa pakai Alipay atau WeChat," ujar Michael.
Bayar Share Bike via aplikasi smartphoneBayar Share Bike via aplikasi smartphone Foto: Feby Dwi Sutianto-detikFinance

Selain itu, Ia tak perlu membawa uang tunai kemana-mana. Apalagi, Ia tak pernah mengalami masalah seperti gagal bayar saat bertransaksi memakai layanan aplikasi non cash payment.

"Kadang saya malah kemana-mana enggak bawa uang cash. Karena dompet saya ada di dalam aplikasi ponsel," sebutnya

Bila lupa membawa dompet namun transaksi mengharuskan pembayaran tunai, maka pria yang fasih berbahasa Mandarin ini cukup meminta tolong orang di sekitar lokasi.

Orang di sekitar bisa menalangi dengan uang tunai, selanjutnya Ia mentransfer kepada orang yang memberinya uang tunai memakai layanan e-wallet, Alipay atau WeChat yang tersedia di smartphone miliknya.

"Kadang kalau mau beli tiket bus (BRT), misal harus cash. Saya bisa minta tolong orang di sekitar loket untuk bayar cash. Lalu nanti saya bayar ke orang itu pakai transfer via non cash kayak Alipay. Jadi simpel sekali," tuturnya.

46 Miliar Angpao 'Online' Disebar Selama Imlek di China

Perkembangan teknologi pembayaran non tunai juga mempengaruhi tradisi pemberian Hongbao (orang Indonesia bisa menyebut Angpao) saat perayaan Tahun Baru Imlek 2017 di China.

Shasha, seorang mahasiswi lokal, mengaku dalam tradisi China pemberian Angpao diberikan oleh Ayah dan Ibu kepada anaknya atau Paman atau Bibi kepada keponakan ketika mereka melakukan silaturahmi.

Tradisi pemberian Angpao juga bisa diberikan oleh anak yang telah bekerja dan berkeluarga kepada orang tua ketika bertemu saat perayaan Imlek. Pemberian Angpao, dalam budaya China, biasa diberikan dalam bentuk uang tunai yang terbungkus dalam amplop berwarna merah.

Kini, tradisi pemberian Angpao bergeser berkat adanya layanan non cash payment. Pengiriman Angpao beberapa tahun terakhir bisa memakai menu layanan pada aplikasi pembayaran non tunai seperti Red Packets di WeChat.

Layanan Red Packet yang baru muncul sejak 2014 ini mengubah tradisi pengiriman Angpao.

Di kalangan anak muda China, pemberian Angpao kini dilakukan antar teman di sekolah hingga tempat kerja.

Lanjut Shasha, Ia bisa mengirim Angpao 'Online' dengan variasi angka yang susah dilakukan bila menggunakan uang tunai. Bila memakai Red Packets, Ia bisa mengirim dengan variasi nominal minimal 0.01 RMB sampai maksimal 200 RMB (1 RMB = Rp 1.925).

"Saya sudah dianggap dewasa jadi sekarang sudah enggak dapat dari orang tua dan saudara. Tapi saya dapat Hongbao dari teman-teman. Semua kirim pakai online," tuturnya.
Beli Minuman di Vending Machine, bayar pakai nin tunaiBeli Minuman di Vending Machine, bayar pakai nin tunai Foto: Feby Dwi Sutianto-detikFinance

Sebagai gambaran, WeChat selama minggu pertama perayaan Imlek 2017 (27 Januari - 1 Februari) mencatat adanya transaksi 46 miliar Angpao 'Online' dengan aplikasi Red Packet. Angka ini naik 43,3% dari tahun sebelumnya.

Belajar fenomena non cash payment di China, lantas bagaimana menurut Anda perkembangan pembayaran non tunai di Indonesia? (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads