Danamon akan melanjutkan program tersebut tahun ini untuk mewujudkan kualitas layanan dan pengalaman perbankan yang lebih baik bagi nasabah. Kinerja tahun 2016 cerminkan peningkatan efisiensi Danamon membukukan laba bersih sebesar Rp 4,5 triliun di tahun 2016, atau tumbuh 39% dari tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pada pendapatan non bunga, disiplin dalam pengelolaan pengeluaran operasional, serta penurunan biaya kredit.
Di tengah tren pertumbuhan positif oleh hampir seluruh bisnis Danamon, kinerja perbankan mikro tetap tertekan. Tanpa memperhitungkan perbankan mikro, NPBT Danamon akan naik ke Rp 5,2 triliun. Manajemen Danamon sedang menerapkan strategi untuk memulihkan bisnis mikro, termasuk rasionalisasi jaringan, fokus pada collection dan peningkatan efisiensi. Rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio) tercatat membaik, yaitu sebesar 48,8% di tahun 2016 dibandingkan 52,0% di tahun sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biaya Kredit tercatat pada Rp 4,4 triliun atau membaik 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih setelah pajak (NPAT) Danamon tumbuh 12% menjadi Rp 2,7 triliun. Pertumbuhan pada portofolio UKM, Wholesale dan Mortgage Konsumer Danamon membukukan pertumbuhan dua digit pada segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM),
Wholesale, dan Mortgage Konsumer. Portofolio Wholesale, terdiri dari perbankan korporasi, komersial dan institusi keuangan, tumbuh 11% menjadi Rp 37,4 triliun. Kredit pada segmen UKM tumbuh 10% menjadi Rp 24,7 triliun. Secara bersamaan, Mortgage Konsumer juga tumbuh 21% menjadi Rp 4,4 triliun.
Total portofolio kredit dan trade finance turun 2% menjadi Rp 127,3 triliun pada tahun 2016 dari Rp 129,5 triliun dari akhir 2015. Kredit kepada segmen mikro melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) turun 30% menjadi Rp 10,2 triliun karena kompetisi dan permintaan yang menurun.
Pembiayaan Adira Finance turun sebesar 5% pada tahun 2016 menjadi Rp 44,4 triliun. Namun, produktivitas menunjukkan peningkatan dimana pembiayaan Adira Finance tumbuh 2% pada kuartal keempat. Tren positif ini terjadi di tengah lemahnya penjualan di industri kendaraan baru untuk roda dua dan roda empat komersial, masing-masing turun 8% dan 29%. Rasio CASA Membaik.
Sejalan dengan target yang ditetapkan Manajemen untuk rasio kredit terhadap total pendanaan atau LFR sebesar 90-92%, Danamon mengurangi kebutuhan atas pendanaan. Dana Pihak Ketiga turun karena Danamon melepas dana mahal Deposito. Dibandingkan tahun 2015, dana pihak ketiga turun 10% dari Rp
117 triliun menjadi Rp 105 triliun di tahun 2016. Rasio Giro dan Tabungan (CASA) tumbuh dari 43% di tahun 2015 menjadi 46% di tahun 2016.
Komposisi CASA turun 3% menjadi Rp 48,5 triliun, sementara Deposito turun 15% menjadi Rp 56,9 triliun. Rasio loan-to-funding dan permodalan sehat Rasio kredit terhadap total pendanaan atau loan to funding ratio (LFR) berada pada posisi 91% dibandingkan dengan 87,5% setahun sebelumnya. Loan-to-funding ratio Danamon masih di bawah batas yang ditetapkan Bank Indonesia.
Meskipun likuiditas yang ketat pada sistem perbankan pada umumnya, Danamon menjaga tingkat LFR pada level yang ditargetkan.
Rasio kecukupan modal Danamon (capital adequacy ratio/CAR) konsolidasian berada pada posisi 20,9%, sementara CAR bank only berada pada 22,3%. Fee-based income tumbuh 7% dari tahun sebelumnya. Fee-based income Danamon tercatat pada Rp 2 triliun atau tumbuh sebesar 7% dibandingkan setahun sebelumnya. Pertumbuhan fee income ini didukung oleh kontribusi fee income Adira Insurance yang tumbuh 1% menjadi Rp 908 miliar, cash management yang tumbuh 11% menjadi Rp 325 miliar, serta bancassurance yang tumbuh 13% menjadi Rp 281 miliar.
Kualitas aset di bawah batas yang ditentukan regulator Pada tahun 2016, Danamon meningkatkan kualitas asetnya melalui penerapan prosedur pengelolaan risiko yang pruden serta proses collection dan credit recovery yang disiplin. Total Kredit Bermasalah (non performing loans) turun 4% menjadi Rp 3,7 triliun. Rasio biaya kredit juga membaik ke 3,5% dari 3,8% di tahun 2015. Sementara itu, kredit yang telah direstrukturisasi turun 9% menjadi Rp 3,5 triliun. Rasio kredit bermasalah (Gross non-performing loans) Danamon tercatat pada 3,1%, yang masih di bawah batas yang ditentukan regulator yaitu 5%. Bank memperkirakan kualitas aset akan membaik tahun ini. (dna/dna)