Inflasi tahun ini harus dijaga di kisaran 4% plus minus 1%, sesuai dengan proyeksi APBN 2017.
"Jadi memang bagaimana kita mengefisienkan APBN, yang penting supaya pengeluaran pemerintah lebih produktif, ratting pemerintah juga naik, tapi di lain pihak bagaimana kita mengontrol inflasi," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, saat ditemui di Gedung Graha Niaga Sudirman, Jakarta, Jumat (3/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, adanya kenaikan harga yang diatur pemerintah membuat inflasi di Februari tertekan, seperti tarif listrik, perumahan, gas, dan bahan bakar yang naik sebesar 0,75% dengan andil pada inflasi 0,17%.
Menurut Mirza, pengendalian inflasi tahun ini harus lebih ditekankan kepada pengendalian harga pangan.
"Intinya pengendalian inflasi tahun ini lebih menantang dibandingkan tahun lalu. Karena tahun lalu memang tidak ada kenaikan administered price, harga minyak internasional juga rendah. Sekarang kan tinggi, dan kenaikan listrik, dan kenaikan minyak internasional bisa jadi mempengaruhi harga BBM juga kan," tutur Mirza.
"Jadi memang kami mengatakan bahwa bukan pengurangan subsidinya yang tidak jadi tapi harus komponen inflasi yang lain dikendalikan. Solusinya ya bagaimana kita mengontrol komponen inflasi yang lain. Apa itu? Volatile food. Kita bicara cabai, bawang, beras, daging," tambahnya.
Jika pun kenaikan administered price bakal menaikkan inflasi, namun harga pangan bisa dikendalikan, Mirza optimistis inflasi akan terjaga di angka 4%.
"Jadi kalau inflasi administered price-nya naik, tapi volatile food bisa ditekan atau bahkan deflasi, ya sangat mungkin inflasi bisa kita jaga di level sekitar 4%," pungkasnya. (wdl/wdl)