Dengan ditahannya suku bunga acuan BI di level 4,75%, penurunan suku bunga kredit belum banyak dirasakan. Masih lambatnya penurunan suku bunga kredit disebabkan karena masih terjadinya efisiensi di perbankan karena melonjaknya kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tahun terakhir.
"Konsolidasi, keengganan perbankan ekspansi lending atau kedua suku bunganya sendiri itu jadi agak sedikit terhambat turun karena perbankan menanggung NPL, provisi, dan lainnya," tutur Asisten Gubernur Kepala Departemen Ekonomi dan Moneter Dody Budi Waluyo dalam jumpa pers di Gedung Thamrin BI, Jakarta Pusat, Kamis (16/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, dengan pelonggaran kebijakan yang sudah dilakukan BI melalui kebijakan moneter dan makroprudensial, suku bunga deposito tercatat turun 128 basis poin (bps) yoy dan suku bunga kredit 80 bps yoy.
Dilihat dari jenis kreditnya, suku bunga kredit modal kerja mengalami penurunan terbesar (112 bps) yoy, disusul suku bunga kredit investasi (95 bps) yoy dan suku bunga kredit konsumsi (30 bps) yoy.
Pertumbuhan kredit Januari 2017 tercatat sebesar 8,3% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 7,9% (yoy). Pertumbuhan kredit masih terbatas karena terus berlanjutnya konsolidasi yang dilakukan korporasi dan masih terbatasnya permintaan kredit. Selanjutnya, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Januari 2017 tercatat sebesar 10,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 9,6% (yoy).
"Pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial berhasil menurunkan suku bunga 128 basis poin deposito dan suku bunga kredit 80 basis poin," tutup Dody. (mkj/mkj)











































