Salah satunya adalah kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS). Pemerintah ibarat berjudi karena tingginya risiko dari penerbitan surat utang. Meskipun akhirnya ketika keputusan diambil, yield surat pemerintah AS turun. Investor pun tidak meminta yield tinggi pada sukuk global.
"Kami sudah cukup senang, penerbitan yang kami lakukan untuk global Dolar AS sukuk setelah fed fund rate malah menguntungkan kami karena imbal hasilnya turun,' ungkap Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan dalam jumpa pers di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (30/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tingkat imbal hasil sukuk global 2017 memang lebih rendah dibandingkan dengan penerbitan global bond pada bulan Desember 2016," jelasnya.
Menurut Robert, penerbitan surat utang pada setiap kondisi tentu berbeda. Misal ketika global bond pada akhir 2016 lalu yang baru saja terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.
"Setiap penerbitan itu kan kita selalu melihat kondisi detail harga berbeda-beda. Hal ini didukung oleh kondisi market yang favourable dan strong demand dari investor," papar Robert.
Penerbitan sukuk global Indonesia yang ke delapan ini berhasil menarik minat dari berbagai kelompok investor domestik dan internasional. Bahkan penawaran investor membludak, mencapai US$ 10,8 miliar. (mkj/ang)











































