Demikianlah diungkapkan Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan dalam jumpa pers di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (30/3/2017).
"Ini kami sudah mengeksekusi yang besar-besar, konvensional US$ dan sukuk global US$. Yang berikutnya adalah euro dan samurai bonds," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suku bunga AS menjadi perhatian serius, pasca Donald Trump menjadi Presiden. Trump yang sangat agresif dalam menggenjot perekonomian harus direspon oleh Bank Sentral Federal Reserve(The Fed) melalui suku bunga acuan.
"Secara garis besar, strategi yang kami implementasikan, baik ke yang rupiah maupun yang international bonds, dalam rangka mengantisipasi kenaikan fed fund rate," jelasnya.
"Sehingga secara logis, kita tahu ke belakang itu tingkat bunga secara umum kan meningkat. Jadi kami mengupayakan front loading, baik yang international bonds atau rupiah," kata Robert.
Perhitungan yang matang terbukti ketika penerbitan sukuk global. Penawaran hampir mencapai empat kali lipat, namun imbalan atau yield yang diberikan cukup rendah. Ini sangat bagus untuk mengurangi beban pemerintah.
"Kalau melihat kami eksekusi bulan Maret, ini adalah strategi kami mengantisipasi ketidakpastian suku bunga di tingkat global termasuk fed fund rate," paparnya.
Khusus untuk samurai bonds, Robert cukup optimis akan sesuai dengan harapan. Berbeda dengan euro bonds yang dimungkinkan terganggu pemilihan umum di beberapa negara besar.
"Salah satunya yang mempengaruhi adalah pemilu di Prancis. Jadi timing-nya akan sangat memperhatikan ini (pemilu), apakah sebelum atau setelah. Jadi kami akan melihat situasi pemilu dan dampaknya terhadap pasar keuangan, dan menyesuaikan timing penerbitan kami dengan kondisi yang ada. Bisa sebelum, bisa sesudah," tandasnya. (mkj/mkj)