Direktur Pelaksana II Indonesia Eximbank Bidang UKM Indra Wijaya Supriadi mengatakan, menargetkan bisa menyalurkan pembiayaan UKME sebesar Rp 15 triliun tahun ini. Angka itu naik dari realisasi pembiayaan UKME 2016 sebesar Rp 10,5 triliun.
"Jika dilihat persentase naiknya memang sangat besar. Tapi ini bukti kami tidak hanya berpihak kepada yang besar tapi juga ke UKME. Target memang terbilang berat, tapi kami yakin bisa dicapai," tuturnya di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (6/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita paling banyak di manufaktur seperti tekstil, furnitur, alas kaki, industri makanan dan minuman dan perikanan. Untuk komoditas lain batu bara dan CPO lebih keangkutan, karena itu pembiayaannya yang kecil," terangnya.
Sementara untuk mendukung upaya pemerintah dalam hal pembangunan yang merata, Indonesia Eximbank juga fokus memberikan pembiayaan ke UKM di wilayah timur Indonesia. Di wilayah ini Indonesia Eximbank akan fokus membiayai UKME di bidang perikanan.
"Untuk perikanan kita targetkan bisa membiayai Rp 1,5 triliun hingga akhir tahun nanti. Karena wilayah timur industri perikanannya masih memiliki prospek yang besar," pungkasnya.
Sekadar informasi, pembiayaan Indonesia Eximbank di sektor UKME pada 2016 naik 44,52% dari Rp 7,26 triliun di 2015 menjadi Rp 10,5 triliun.
Tekan Kredit Macet
Indra mengatakan, peningkatan target kredit tersebut tentunya cukup berat bagi Indonesia Eximbank. Sebab naiknya pembiayaan sektor UMKE juga harus diiringi dengan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) UKME yang terjaga.
"Ini berat, pembiayaan UKME tinggi tapi tidak boleh jadi NPL," tuturnya.
Indra menjelaskan, NPL Indonesia Eximbank tahun lalu sebesar 3,49%. Dari situ NPL khusus untuk UKME sebesar 4,3%. Tahun ini ditargetkan NPL UKME bisa turun menjadi 3,5%.
Untuk menekan NPL tersebut, Indonesia Eximbank sudah menyiapkan beberapa strategi. Pertama pihaknya akan menjalin hubungan komunikasi langsung dengan calon debitur. Dengan hubungan yang erat Indra percaya pihaknya bisa melihat prospek yang nyata dari bisnis debiturnya.
"Cara nilainya dia ini bisa naik kelas atau tidak. Misalnya sekarang dia prospeknya bagus, tapi kalau tidak mau naik kelas ya tidak kita teruskan. Ada beberapa nasabah dia tidak komit untuk ekspor, ekspornya mandek dia justru jualnya domestik. Dengan interaktif seperti itu kita bisa melihat prospeknya," tuturnya.
Indonesia Eximbank juga saat ini bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk memperkaya data calon debitur. Data dari kedua lembaga tersebut guna mencocokkan keakuratan laporan kinerja dari calon debitur UKME.
"Apakah benar 100% laporan keuangannya. Nah itu bisa dilihat dari BPS berapa nilai ekspornya. Data itu benar-benar real ekspor. Selain itu kita cek juga dari data Ditjen Bea dan Cukai. Jadi dulu berdasarkan referensi sekarang berbasis metodologis," imbuhnya.
Selain itu, lanjut Indra, Indonesia Eximbank juga melihat kondisi dari industri yang dari bisnis calon debitur. Jika secara industri berpotensi melesu meski bisnisnya sedang meroket, pihaknya akan mempertimbangkan lebih jauh.
Terakhir, Indonesia Eximbank tidak hanya memberikan pembiayaan tapi juga akan mendampingi debitur UKME-nya dalam mengembangkan bisnis di kancah internasional. (ang/ang)











































