Peluncuran buku Laporan Perekonomian Indonesia 2016 juga dilanjutkan dengan diskusi yang bertajuk Bersinergi Memperkuat Resiliensi, Mendorong Momentum Pemulihan Ekonomi.
Adapun peluncuran buku Laporan Perekonomian Indonesia 2016 dihadiri oleh Gubernur BI Agus Martowardojo, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi, dan Ekonom Raden Pardede.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Analisa Ekonomi 2016 Versi BI: Dari AS, Brexit Hingga RI Foto: Ardan Adhi Chandra |
Kondisi perekonomian dunia yang pada awalnya diperkirakan terjadi perbaikan, lanjut Agus, ternyata masih diwarnai ketidakpastian. Pada tahun 2016, sedikitnya ada 3 tantangan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dunia, antara lain belum kuatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang salah satunya disebabkan karena masih rendahnya harga komoditas.
Selain itu, adanya ketidakpastian di pasar global juga ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia yang ikut berimbas ke pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu. "Pertumbuhan ekonomi dunia ada tiga masalah utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dunia, haega komoditas, dan adanya ketidakpastian di pasar keuangan," ujar Agus.
Tantangan ekonomi dunia kemudian berlanjut dengan adanya kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Fund Rate, keluarnya Inggris dari Uni Eropa alias Brexit, hingga ketidakpastian Presiden terpilih AS Donald Trump dalam menentukan arah kebijakannya.
Berbagai tantangan ekonomi dari eksternal dan internal memberikan pelajaran penting untuk memperbaiki perekonomian Indonesia ke depan.
"Dinamika sepanjang 2016 meninggalkan pelajaran penting. Pertama, respons bauran kebijakan makroekonomi secara disiplin jadi kunci mendorong ekonomi, dinamika ekonomi domestik menunjukan pentingnya diversifikasi ekonomi," tutur Agus.
Ke depan, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan membaik dari 3,1% di 2016 menjadi 3,5% di 2017. Optimisme ini hadir dari mulai membaiknya harga komoditas dunia dan nantinya diikuti oleh membaiknya peetumbuhan kredit.
"Ekonomi Dunia ketika di awal tahun sepanjang tahun diprediksi menurun. Tahun ini pertama kali koreksi meningkat. Kita peroleh ekonomi dunia dari 3,4 % jadi 3,5%. 2016 3,1%. Kalau kita naik 3,5% tentu jadi harapan," kata Agus.
Selama 2016, BI juga telah melakukan berbagai bauran kebijakan yang salah satunya mengubah suku bunga acuan BI dari BI Rate menjadi BI 7 Days Reverse Repo Rate. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berhasil dijaga sesuai fundamentalnya.
Tak berhenti di situ, BI juga membuka fintech office yang bertujuan untuk mengembangkan teknologi keuangan yang belakangan ini berkembang cukup pesat.
Bahkan, masih hangat dalam ingatan beberapa waktu yang lalu BI merilis 11 pecahan rupiah baru. "BI hadirkan 11 pecaban rupiah baru dan ini belum pernah dilakukan sejak Indonesia merdeka," kata Agus.
(mkj/mkj)












































Analisa Ekonomi 2016 Versi BI: Dari AS, Brexit Hingga RI Foto: Ardan Adhi Chandra