Kenapa Isi Ulang Uang Elektronik di Halte TransJakarta Dipotong Rp 2.000?

Kenapa Isi Ulang Uang Elektronik di Halte TransJakarta Dipotong Rp 2.000?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 26 Mei 2017 18:45 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Bagi pengguna TransJakarta, pasti sudah tidak asing lagi dengan pengenaan biaya Rp 2.000 setiap isi ulang di halte TransJakarta. Biaya ini mulai diterapkan sejak awal tahun lalu.

"Kami mengenakan biaya untuk top-up cash ini digunakan sebagai pengganti biaya administrasi, karena kami memiliki risiko lain dari penanganan uang cash yang masuk untuk isi ulang e-money," kata Direktur Utama PT Transjakarta, Budi Kaliwono saat dihubungi detikFinance, Jumat (26/5/2017).

Dia menceritakan, sebenarnya isi ulang uang elektronik bukan tugas pokok fungsi Transjakarta. Untuk isi ulang bisa dilakukan di merchant seperti Indomaret, Alfamart atau mesin ATM bank penyedia kartu e-money.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi menyebutkan, untuk pengisian ulang menggunakan metode cash, memiliki risiko hilang dan risiko pengumpulan.

"Konteksnya bukan membebani masyarakat tapi kami menyiapkan fasilitas top-up ya. Kalau tidak mau kena biaya bisa isi pakai debit dari penerbit yang sama dengan uang elektronik, misalnya isi ulang Flazz menggunakan debit BCA," ujarnya.

Dia menyebutkan, tahun lalu sebenarnya TransJakarta sudah berencana untuk menutup gerai pengisian. Namun Budi mengatakan permintaan dari komunitas dan masyarakat terus masuk agar gerai pengisian tetap ada di setiap halte TransJakarta.

Namun rencana tersebut dibatalkan, topup bisa tetap dilakukan di halte. "Rencana itu kami batalkan karena pengguna akan kesulitan jika tidak ada sarana isi ulang, top-up tetap ada dengan mengenakan biaya Rp 2.000 untuk administrasi. Ini untuk isi ulang yang cash saja. Pengguna akan mendapatkan bukti pembayaran," imbuh Budi.

Jadi, jika anda melakukan top-up menggunakan uang cash sebesar Rp 20.000 maka saldo yang masuk ke uang elektronik adalah Rp 18.000. Dengan rincian Rp 1.818 adalah untuk biaya administrasi dan Rp 182 untuk biaya PPN.

Budi menjelaskan, saat ini Flazz dari BCA menempati posisi pertama untuk penggunaan e-ticketing di TransJakarta, kemudian diikuti oleh e-money dari Bank Mandiri. JakCard Bank DKI menempati urutan ketiga karena dia memiliki kelebihan untuk penyaluran dana Kartu Jakarta Pintar (KJP), penghuni rumah susun, penduduk usia lanjut hingga karyawan swasta tertentu. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads