Secara tahun kalender inflasi tercatat 1,67% (ytd) atau secara tahunan mencapai 4,33% (yoy), masih dalam kisaran sasaran inflasi sebesar 4Β±1%.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo menilai sangat penting untuk menjaga agar inflasi bisa terkendali. Agus pun siap segera berkoordinasi dengan pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inflasi bahan pangan mencapai 0,91% (mtm) setelah tiga bulan sebelumnya berturut-turut tercatat mengalami deflasi. Peningkatan inflasi kelompok ini dipengaruhi naiknya permintaan beberapa komoditas seiring dengan datangnya bulan Ramadan di minggu ke-IV bulan Mei.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga pada bulan ini terutama bawang putih, telur ayam ras, daging ayam ras, cabai merah, daging sapi, dan beras. Sementara komoditas cabai rawit dan bawang merah tercatat masih mengalami deflasi. Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai sebesar 3,26% (yoy).
Inflasi administered prices pada Mei 2017 masih cukup tinggi sebesar 0,69% (mtm), meskipun turun dari bulan lalu yang sebesar 1,27% (mtm). Lebih rendahnya inflasi administered prices bulan ini terutama disebabkan penyesuaian tarif listrik tahap ketiga untuk pelanggan prabayar daya 900 VA non subsidi yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kelompok pascabayar.
Sementara itu, penyesuaian harga bahan bakar khusus, tarif angkutan udara, dan rokok juga mendorong inflasi administered prices. Secara tahunan, inflasi administered prices mencapai sebesar 9,14% (yoy).
Inflasi inti Mei 2017 cukup rendah sebesar 0,16% (mtm), sedikit meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,13% (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok ini adalah nasi dengan lauk, baju muslim wanita, tarif rumah sakit, dan upah pembantu rumah tangga. Inflasi kelompok inti tertahan oleh menurunnya harga gula pasir dan tarif pulsa ponsel. Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 3,20% (yoy).
Ke depan, inflasi akan tetap diarahkan berada pada sasaran inflasi 2017, yaitu 4Β±1%. Untuk itu, koordinasi kebijakan Pemerintah di pusat dan daerah dengan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama dalam menghadapi sejumlah risiko terkait dampak kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh Pemerintah, dan risiko kenaikan harga volatile food selama bulan puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
"Dengan sektor yang terjaga dan pasokannya ada, masyarakat diminta tenang dan tidak belanja berlebihan maka inflasi akan terjaga," tegas Agus. (mkj/dna)











































