Sejumlah bank mengungkapkan, masih tingginya bunga kredit karena bank masih berusaha menekan overhead cost (OHC).
"Bunga kredit tinggi karena kita masih terus berupaya untuk menekan OHC dengan efisiensi," kata Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Suprajarto saat dihubungi detikFinance, Rabu, (14/6/2017)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Coverage kita masih sangat besar untuk mengantisipasi risiko kredit," ujar dia.
Berdasarkan suku bunga dasar kredit (SBDK) BRI tercatat bunga untuk kredit korporasi 10,5%, kredit ritel 9,75%, kredit mikro 17,5%, kredit konsumsi KPR 10,25 dan konsumsi non KPR 12,5%.
Direktur Utama PT Bank Mayapada Tbk, Hariyono Tjahjarijadi menjelaskan suku bunga dana memang sudah mulai turun. Namun bank masih wait and see untuk penurunan bunga kredit.
Dia mengatakan, bulan Juni ini bank menyiapkan dana tunai yang cukup besar di seluruh mesin ATM dan eChannel lainnya yang membutuhkan biaya cukup besar.
"Sehingga kelihatannya suku bunga kredit belum bisa turun maksimal, tapi masih ada ruang untuk turun tapi agak lambat," ujar dia.
SBDK Bank menunjukan kredit korporasi 11,5%, kredit ritel 11,8%, kredit mikro 13,8%, kredit konsumsi KPR 11,5% dan konsumsi non KPR 11,4%.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mega Tbk Kostaman Thayib mengatakan penurunan bunga kredit yang lambat karena adanya faktor yang perlu dipertimbangkan adalah bank masih memiliki biaya giro wajib minimum (GWM), premi lembaga penjamin simpanan (LPS) dan iuran industri kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
"Menurut saya bank sudah menurunkan suku bunga kredit dalam beberapa tahun terakhir," kata dia.
Berdasarkan SBDK perseroan, bunga kredit korporasi dan kredit ritel 13% untuk kredit konsumsi KPR 13% dan konsumsi non KPR 13,5%. (ang/ang)











































