Penjelasan BI Soal Rupiah yang Diproyeksi Lebih Lemah di 2018

Penjelasan BI Soal Rupiah yang Diproyeksi Lebih Lemah di 2018

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 16 Jun 2017 16:35 WIB
Foto: Sylke Febrina Laucereno
Jakarta - Nilai tukar rupiah diproyeksi akan lebih lemah pada tahun depan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 nilai tukar dipatok 13.300 – Rp 13.500.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menuturkan penyebab utamanya adalah kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) yang masih berlanjut. Tahun ini saja diproyeksi kenaikan terjadi tiga kali.

"Pertimbangannya di AS masih akan ada kenaikan fed rate dan rencana penurunan balance sheet," ujar Agus di Gedung BI, Jakarta, Jumat (16/6/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami harus antisipasi itu, karena kemudian kita harus minta kondisi kurs yang range-nya lebih luas, ini akan dibahas di badan anggaran, ini juga bagian sebagai persiapan anggaran 2018," kata dia.

Tadinya dalam rencana pemerintah, rupiah diasumikan lebih lemah. Dolar AS dipatok Rp 13.500-Rp 13.800. Namun hasil rapat pemerintah, BI dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memutuskan Rp 13.300-Rp 13.500.

"BI meyakinkan kepada pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) jika nilai tukar akan lebih baik jika Rp 13.300 – 13.500," ungkapnya.

Sampai dengan Mei 2017, nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil dan cenderung menguat, seiring dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing. Nilai tukar rupiah, secara bulanan point to point (ptp), tercatat menguat sebesar 0,05% ke level Rp13.323 per dolar AS.

Pergerakan rupiah relatif stabil tercermin dari volatilitas rupiah yang rendah. Stabilitas nilai tukar rupiah didukung oleh besarnya aliran masuk modal asing dan semakin dalamnya pasar keuangan Indonesia.

(mkj/mkj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads