BNI Raup Laba Rp 6,4 Triliun di Akhir Juni

BNI Raup Laba Rp 6,4 Triliun di Akhir Juni

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 12 Jul 2017 16:58 WIB
BNI Raup Laba Rp 6,4 Triliun di Akhir Juni
Foto: Sylke Febrina Laucereno/detikFinance
Jakarta - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan laba bersih Rp 6,41 triliun di Semester I-2017, tumbuh 46,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 4,37 triliun.

Direktur Bisnis Konsumer BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, peningkatan laba bersih terjadi karena penyaluran kredit perseroan yang tembus Rp 412,18 triliun atau tumbuh 15,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 357,22 triliun.

"Pertumbuhan kredit ini di atas rata-rata pertumbuhan kredit industri yang per April 2017 hanya mencapai 9,5%," kata Anggoro dalam paparan kinerja semester I 2017 di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Rabu (12/7/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anggoro menjelaskan laba bersih tersebut disumbang dari Nett Interest Income (NII) sebesar Rp 15,40 triliun atau tumbuh 10,7% (yoy) terhadap Semester I-2016, serta Pendapatan Non Bunga sebesar Rp 4,65 triliun atau tumbuh 17,9% (yoy) dari Pendapatan Non Bunga terhadap Semester I tahun 2016.

Pertumbuhan NII merupakan hasil dari penyaluran kredit yang terus meningkat, sedangkan pertumbuhan Pendapatan Non Bunga ditopang oleh peningkatan Fee Based Income (FBI) sebesar 17,9% year on year (yoy), terutama bersumber dari Recurring Fees yang berkontribusi 92,1% (yoy) dari total FBI.

Pertumbuhan Laba Bersih yang cukup kuat tersebut menjadi faktor utama tumbuhnya Return on Equity (ROE) sebesar 15,6% (yoy) atau meningkat dibanding Semester I 2016 yang tercatat sebesar 12,6% (yoy).

"Ini sekaligus mencerminkan peningkatan efektifitas permodalan BNI dalam menciptakan laba," ujar dia.

Adapun pencapaian NII, yang juga didukung strategi perbaikan suku bunga di seluruh segmen kredit, telah mendukung net interest margin (NIM) tetap terjaga pada level 5,6%.

Turunnya Cost of Fund pada level 3,0% pada Semester I–2017 dari sebelumnya 3,1% pada Semester I–2016 juga menjadi faktor pembentuk NIM tersebut.

Penyaluran Kredit

Anggoro menjelaskan penyaluran kredit ke debitur usaha korporasi melaju cepat seiring dengan menggeliatnya proyek-proyek infrastruktur dan pertanian. Kredit yang tersalurkan pada proyek infrastruktur terfokus pada proyek jalan tol di Pulau Jawa yang dilaksanakan oleh badan-badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak disektor infrastruktur & konstruksi.

Adapun kredit yang tersalur ke sektor pertanian terfokus pada pengembangan perkebunan oleh perusahaan-perusahaan nasional yang memiliki jaringan bisnis internasional.

Anggoro menjelaskan kredit BNI disalurkan kepada proyek-proyek yang memiliki nilai ekonomi terbaik, serta menjadi bagian dari program-program utama pemerintah, terutama proyek-proyek infrastruktur, sehingga mampu menciptakan multiplier effect yang luas.

"Dengan menyalurkan kredit ke infrastruktur, BNI memperoleh peluang pengembangan bisnis penting dari supply chain financing mulai dari hulu ke hilir, sehingga memunculkan sumber-sumber pendanaan baru dan fee based income baru dari segmen korporat, antara lain dari syndication fee, trade finance, garansi bank, hingga cash management fee," ujarnya.

Hubungan kerja sama bisnis dengan perusahaan-perusahaan besar di bidang infrastruktur, pertanian, dan sektor lainnya ini dimanfaatkan BNI untuk meningkatkan penyaluran kredit pada perusahaan-perusahaan level menengah yang menjadi bagian dari rantai pasok perusahaan-perusahaan besar yang menjadi debitur berkualitas BNI.

Seiring dengan itu, BNI juga tetap mengandalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk menyalurkan pembiayaan kepada perusahaan-perusahaan segmen kecil. Disamping Business Banking, BNI pun tetap melakukan pembiayaan untuk sektor konsumer (Consumer Banking).

Pada sektor ini, BNI mencatatkan pertumbuhan signifikan pada kredit BNIFlexi atau pinjaman kepada individu yang telah menggunakan rekening BNI sebagai rekening gajinya.

Secara umum, dari komposisinya, BNI menyalurkan kredit Rp 296,12 triliun atau 71,8% dari total kredit untuk sektor Business Banking. Adapun sebesar Rp 67,05 triliun atau 16,3% ke sektor Consumer Banking. Selebihnya, BNI mencatatkan penyaluran kredit untuk debitur-debitur overseas sebesar Rp 25,92 triliun atau 6,3% dari total kredit BNI.

BNI juga menyalurkan kredit melalui perusahaan-perusahaan anak sebesar Rp 23,09 triliun atau 5,6% dari total kredit BNI pada paruh pertama 2017.

Pembiayaan ke sektor Business Banking mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 13,5% terhadap Semester I–2016; sedangkan kredit ke sektor Consumer Banking tumbuh 10,0%.

Cabang luar negeri (overseas branches) mencatat pertumbuhan penyaluran kredit yang juga signifikan pada Semester I–2017 ini yaitu 59,2% dari realisasi Semester I–2016, sedangkan kredit yang disalurkan melalui perusahaan-perusahaan anak tumbuh 20,4% dibandingkan Semester I–2016.

Kucuran Kredit yang tumbuh signifikan tersebut menjadi faktor utama terbentuknya Laba Bersih BNI pada Semester I–2017 yaitu sebesar Rp 6,41 triliun atau meningkat 46,7% dibandingkan laba bersih pada Semester I-2016.

Dengan demikian, tingkat keuntungan yang diperoleh per lembar sahamnya (EPS) pun meningkat menjadi Rp 344 per lembar saham atau tumbuh 47,0% dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 234. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads