"Kami perkirakan The Fed naik sekali di Desember," kata Head of ASEAN Economic Research Standard Chartered Bank Edward Lee Wee Kok dalam peluncuran StandChart Global Research Report 2017 di Ritz Carlton Pacific Place, SCBD, Jakarta, Senin (24/7/2017).
Kenaikan suku bunga acuan AS, lanjut Edward, dengan memperkirakan bank sentral AS mengurangi stimulus berupa pembelian obligasi itu secara bertahap di awal 2018. Proses pengurangan pembelian obligasi secara bertahap ini yang dikenal dengan tapering off.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senior Economist Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra mengungkapkan, kenaikan suku bunga acuan AS yang diperkirakan terjadi di akhir tahun tidak akan berdampak terlalu banyak terhadap Indonesia. Hal ini didasarkan dengan kenaikan The Fed hingga 1-1,25% dan tidak terlalu mempengaruhi ekonomi Indonesia.
"Sampai saat ini masih cukup kondusif. The Fed sudah naikin 4 kali, 1,25% dari 0,25%. Naik 4 kali lipat tapi jangka panjangnya enggak ke mana-mana," kata Aldian.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) diprediksi menahan suku bunga acuannya BI 7 Days Reverse Repo Rate di level 4,75% hingga akhir tahun. Suku bunga acuan BI sebesar 4,75% sudah ditahan selama 8 bulan terakhir dengan suku bunga Deposit Facility 4% dan Lending Facility 5,50%. (mkj/mkj)