Dengan perkembangan ini, sejak awal 2017 inflasi Jakarta mencapai 2,72% (ytd), atau 3,69% (yoy). Namun demikian, penurunan inflasi pasca bulan Lebaran di tahun ini tidak serendah tahun-tahun sebelumnya (0,34%) terkait dengan adanya kenaikan harga rokok, biaya pendidikan, dan masih meningkatnya beberapa tarif angkutan. Hal ini mengakibatkan inflasi Jakarta pada Juli 2017 tercatat lebih tinggi dari inflasi nasional yang sebesar 0,22% (mtm).
"Turunnya tekanan inflasi Jakarta pada Juli 2017, terutama didorong oleh turunnya harga-harga komoditas yang termasuk dalam kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan hanya mencatat kenaikan indeks harga sebesar 0,06% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 0,12% (mtm)," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Doni P. Joewono, dalam keterangan tertulis, Selasa (1/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, turunnya harga subkelompok komoditas daging dan hasil-hasilnya, serta bumbu-bumbuan, didorong terutama oleh penurunan harga daging ayam ras (3,54%), bawang merah (2,39%), bawang putih (7,79%), serta harga aneka cabai, seperti cabai. Melimpahnya pasokan komoditas aneka cabai di pasar induk Keramat Jati merupakan faktor yang mendorong turunnya harga aneka cabai tersebut.
Sejalan dengan berakhirnya periode Lebaran, tekanan harga dari kelompok sandang juga melemah. Kondisi ini ikut berkontribusi terhadap turunnya tekanan inflasi pada bulan Juli di Jakarta.
Kenaikan tarif angkutan
Melemahnya tekanan harga pada kelompok sandang didorong oleh penurunan tekanan harga pada subkelompok komoditasnya seperti subkelompok sandang pria dewasa dan subkelompok sandang wanita dewasa. Bahkan subkelompok barang pribadi dan sandang lain mengalami deflasi sebesar 0,21% (mtm), yang dipicu oleh turunnya harga komoditas emas perhiasan sebesar 0,43% (mtm) yang disebabkan oleh turunnya permintaan terhadap komoditas tersebut.
Namun kenaikan harga pada beberapa komoditas yang termasuk dalam sub kelompok transpor, tembakau, dan pendidikan, menahan laju penurunan inflasi Jakarta. Kenaikan harga angkutan udara yang masih cukup tinggi menjadi faktor utama tertahan penurunan laju inflasi Jakarta.
"Pada Juli 2017 angkutan udara mencatat kenaikan harga sebesar 13,12% (mtm)," terang Doni.
Kenaikan harga ini lebih tinggi dari periode Lebaran yang mencatat kenaikan harga sebesar 12% (mtm). Selain angkutan udara, kenaikan harga yang terjadi pada subkelompok transpor juga didorong oleh kenaikan tarif kereta api sebesar 6,22% (mtm). Masih diwarnai oleh periode libur sekolah menjadi penyebab masih tingginya permintaan masyarakat terhadap jasa layanan angkutan udara dan angkutan kereta api.
Sementara itu, respons pelaku usaha terhadap kebijakan pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan cukai hasil tembakau pada awal 2017 melalui penyesuaian harga pada rokok kretek dan rokok kretek filter secara bertahap masih berlanjut. Pada Juli 2017 harga rokok kretek dan rokok kretek filter meningkat masing-masing sebesar 1,19% dan 1,44% (mtm).
Memasuki awal tahun ajaran baru, kegiatan konsumsi masyarakat terhadap komoditas terkait dengan pendidikan juga meningkat. Pada Juli 2017 subkelompok pendidikan mencatat inflasi sebesar 1,16% (mtm). Kenaikan tersebut terutama dipicu oleh meningkatnya konsumsi masyarakat terkait dengan kegiatan pendidikan pada level sekolah menengah atas yang mencatat inflasi sebesar 4,49% (mtm).
"Tekanan harga pada subkelompok pendidikan pada bulan Agustus diperkirakan masih akan ada, namun lebih disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat terkait dengan pengeluaran pendidikan di level perguruan tinggi, kendati tekanannya relatif terbatas," jelas Doni.
Prediksi inflasi Agustus
Memerhatikan pola pergerakan harga-harga di pasar, dan rencana kebijakan pemerintah di bidang harga, tekanan inflasi pada Agustus 2017 diperkirakan kembali turun. Keputusan pemerintah untuk tidak menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan kebijakan kenaikan listrik yang sudah diterapkan beberapa bulan sebelumnya, serta usainya masa libur sekolah akan menyebabkan berkurangnya tekanan inflasi pada periode tersebut.
Di samping itu TPID di Provinsi DKI Jakarta yang tetap solid mengawal perkembangan harga akan menjadi faktor kunci terkendalinya harga-harga di Jakarta, terutama harga pangan. Program-program yang lebih terencana baik dan berkesinambungan terus dilakukan oleh tiga BUMD pangan DKI Jakarta PT Food Station Tjipinang Jaya, PD. Dharma Jaya dan PD. Pasar Jaya akan sangat mendukung terjaganya keseimbangan pasokan dan kebutuhan pangan Jakarta, yang dapat menciptakan kestabilan harga.
Kegiatan pasar murah yang kontinyu di luar bulan Idul Fitri, perbaikan dan pembangunan infrastruktur pasar, serta pengembangan pola kerja sama antardaerah berdampak cukup baik terhadap keberlangsungan pasokan pangan untuk masyarakat.
"Selain itu, sosialisasi belanja bijak, dan berbagai kegiatan komunikasi diharapkan memberikan dampak positif terhadap pembentukan ekspektasi positif masyarakat terhadap perkembangan harga," tutur Doni. (hns/hns)











































