Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja mengatakan masyarakat dan pelaku usaha masih melakukan wait and see dengan kondisi perekonomian yang masih belum pulih.
"Bukan orang malas tarik kredit, tapi mereka masih menghitung keuntungan dan kerugian jika melakukan aksi di kondisi seperti sekarang. Namanya orang bisnis sebenarnya tidak ada kata malas," ujar Parwati saat dihubungi detikFinance, Jumat (4/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, penyaluran kredit yang lebih lambat dari tahun-tahun sebelumnya memang terkait dengan kondisi ekonomi yang belum pulih.
"Yang terlihat melambat adalah penyaluran kredit di segmen menengah. Dan penyaluran kredit ritel seperti usaha kecil dan menengah (UKM) dan korporasi masih lebih baik," tambah dia.
Penyaluran kredit perseroan per semester I-2017 tercatat Rp 100,6 triliun tumbuh 17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 86,2 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaannya, komposisi kredit yang disalurkan untuk modal kerja mencapai 45%, investasi 42%, dan konsumer 13%.
Dari data uang beredar Bank Indonesia (BI) penyaluran kredit perbankan nasional pada Juni 2017 tercatat Rp 4.518 triliun atau tumbuh 7,6% lebih rendah dibandingkan periode Mei 2017 8,6%.
(mkj/mkj)