Tiko memperkirakan BI masih akan mewaspadai risiko eksternal, yaitu arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, saat ini cadangan devisa yang berada di atas US$ 125 miliar dan inflasi yang terjaga menjadi penopang stabilnya ekonomi dalam negeri.
"BI rate kalau dari sisi ke depan masih tetap. Satu sisi likuditas melonggar, tapi BI awasi Fe yang arahnya belum jelas. Dugaan saya, BI sampai akhir tahun mungkin akan flat sama level yang sekarang," kata Tiko di Plaza Mandiri, Jakarta Pusat, Senin (21/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Easing lebih ke sisi instrumen dan GWM, ada NCD, ada commercial paper. Lebih kepada pendalaman pasar keuangan supaya akses likuiditas membaik," ujar Tiko.
Di sisi lain, Tiko melihat kondisi likuiditas perbankan selama 6 bulan terakhir berada dalam posisi yang cukup longgar karena permintaan kredit yang sedikit mengalami perlambatan. Melambatnya kredit tidak hanya disebabkan karena tingginya suku bunga kredit yang per Juni berada di level 11,77% secara rata-rata industri, namun juga kepada melemahnya permintaan.
"Perlambatan kredit tidak hanya semata-mata karena suku bunga, tapi demandnya juga agak melambat dan hapus bukunya juga tinggi," kata Tiko.
Tiko menambahkan, penyaluran kredit Bank Mandiri saat ini didorong oleh tiga segmen besar, yaitu koporasi, kredit modal kerja, serta KPR dan KPM. Namun, segmen yang sulit untuk didongkrak naik adalah segmen menengah kredit UMKM.
"Memang yang agak berat adalah di segmen menengah dan SME (Small Medium Entreprise) ya, karena kan selama siklus ekonomi 2014-2017 kena NPL segmen menengah dan SME merapikan lagi cashflow-nya," tutup Tiko. (ara/dna)











































