Menanti Nyali BI Turunkan Suku Bunga

Menanti Nyali BI Turunkan Suku Bunga

Maikel Jefriando - detikFinance
Selasa, 22 Agu 2017 10:51 WIB
Menanti Nyali BI Turunkan Suku Bunga
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) sangat ditunggu. Semua menanti nyali BI untuk menurunkan suku bunga acuan, BI 7-days reverse repo rate.

Kata 'nyali' bukanlah sebuah karangan. Menko Perekonomian, Darmin Nasution, yang sempat mengungkapkan beberapa waktu lalu, mengacu pada kondisi perekonomian terkini dan risiko dari global.

"Wah itu tergantung BI nyalinya kayak apa. Pak Agus (Gubernur BI) sudah buka wacana (menurunkan suku bunga)," ungkap Darmin beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suku bunga acuan sekarang berada pada level 4,75%. BI ambil keputusan untuk menahan sejak Oktober 2016 lalu, dengan pertimbangan utama Amerika Serikat (AS) pasca Donald Trump terpilih menjadi Presiden.

Akan tetapi kondisi di dalam negeri tidak begitu buruk. Inflasi Juli 2017 terkendali dengan capaian 0,22% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi pascalebaran tiga tahun terakhir sebesar 0,28% (mtm). Secara tahun kalender, maka inflasi 2,60% (ytd) atau secara tahunan mencapai 3,88% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi mencapai 5,01% pada semester I-2017, masih dalam rentang perkiraan BI yang sebesar 5-5,4% walaupun pada bagian paling bawah.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2017 mencatat surplus sebesar US$ 700 juta ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang lebih besar dari defisit transaksi berjalan. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Juli 2017 tercatat US$ 127,76 miliar.

Nilai tukar rupiah bergerak stabil dalam setahun terakhir, pada kisaran Rp 13.300. Tidak ada pergerakan yang begitu signifikan, sekalipun Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) beberapa kali menaikkan suku bunga acuan.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual, ikut menanti nyali BI. Data yang tersaji hingga sekarang, cukup untuk menjadi landasan menurunkan suku bunga acuan. Apalagi hal itu dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Negara lain seperti India baru saja menurunkan suku bunga acuan dan direspons positif oleh pasar.

"Memang ada ruang untuk penurunan jika dilihat dari inflasi yang bagus, rupiah yang stabil, tapi penurunan bunga bukan obat mujarab," kata David kepada detikFinance, Selasa (22/8/2017).

Kalangan bankir cukup optimistis BI untuk mengumbar nyali. Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Herry Sidharta, mengatakan ada ruang penurunan suku bunga acuan karena kondisi inflasi yang rendah.

"Ya mungkin masih sama, ada ruang penurunan. Kalau turun kemungkinan jadi 4,5%," kata Herry. (mkj/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads