Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Arif Budimanta, mengatakan harus ada sejumlah kebijakan lain yang mengikuti agar penurunan suku bunga acuan dapat dirasakan oleh masyarakat, lewat penurunan bunga kredit perbankan. Saat ini bunga kredit perbankan masih banyak yang di atas 10%.
"Memang butuh upaya yang bisa membuat transmisi kebijakan lebih cepat. Yaitu, bagaimana agar penurunan suku bunga acuan ini bisa cepat diikuti dengan penurunan suku bunga kredit perbankan," tutur Arif saat dihubungi detikFinance, Selasa (22/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun upaya yang bisa dilakukan, kata Arif, adalah pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) agar tak banyak dana perbankan yang mengendap di BI, Sehingga bisa banyak disalurkan untuk kredit.
Bisa juga dengan dorongan dari regulator, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK), agar perbankan cepat mengumumkan perubahan suku bunga.
Karena, sambung dia, bila tidak ada dukungan kebijakan lain, penurunan BI 7-Days Reverse Repo Rate tidak akan cepat diikuti oleh penurunan bunga kredit bank. Sebelum menurunkan bunga kredit, bank harus menurunkan bunga simpanan seperti deposito.
"Kan di perbankan itu ada namanya dana pihak ketiga (DPK) yang salah satunya adalah deposito yang ada komitmen jangka waktu simpanan dan komitmen suku bunga tertentu. Katakan lah deposito itu paling pendek 1 bulan. Ditambah penyesuaian dan lainnya, berarti suku bunga kredit perbankan baru ada penyesuaian sekitar 2-3 bulan lagi," sambung dia.
"Kalau suku bunga kredit turun, pertumbuhan kredit bisa double digit. Sekarang kan 8-9%, nanti bisa 11-12%, syukur-syukur bisa 14-15%," sebutnya.
"Bila penyaluran kredit meningkat apa lagi dengan bunga rendah, itu bisa mendorong ekspansi dunia usaha. Kalau banyak ekspansi usaha, ada lapangan kerja baru tersedia. Ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," sambung dia.
Bila hal ini bisa benar-benar dilaksanakan, maka bukan tidak mungkin target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah sebesar 5,2% bisa tercapai.
"Malah prediksi saya bisa 5,3%," sebut dia.
Sementara itu, Arif melihat, masih ada peluang bagi BI untuk menurunkan BI 7-Days Reverse Repo Rate dengan pertimbangan mendorong ekonomi dalam negeri. Dia menilai kondisi ekonomi global juga tengah berada pada tren positif seperti saat ini.
"Dengan posisi sekarang, masih ada waktu 3-4 bulan lagi sampai akhir tahun. Saya melihat, masih ada peluang penurunan lagi sebesar 25 basis poin menjadi 4,25. Karena kita lihat inflasi kita masih terjaga. Kemudian ekonomi Jepang, Malaysia, Amerika, Singapura masih tumbuh tinggi. Jadi saya lihat masih ada ruang untuk penurunan itu," tandas dia. (dna/wdl)











































