Jokowi Ingatkan BI dan OJK Soal Perang Bunga Deposito

Jokowi Ingatkan BI dan OJK Soal Perang Bunga Deposito

Hendra Kusuma - detikFinance
Senin, 28 Agu 2017 19:04 WIB
Jokowi Ingatkan BI dan OJK Soal Perang Bunga Deposito
Foto: Paripurna Kabinet/Foto: M Iqbal
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta untuk tidak ada lagi perang bunga deposito di perbankan dalam negeri. Ini terkait dengan upaya pemerintah mendorong penurunan suku bunga kredit.

Hal tersebut disampaikan Jokowi kepada Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (28/8/2017).

Perang bunga deposito menjadi persoalan serius yang diangkat pada tahun lalu. Dicurigai, hal tersebut yang membuat bunga deposito sulit diturunkan. Sehingga bunga kredit masih tetap tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita upayakan juga supaya tidak ada deposan-deposan yang saling bersaing minta supaya bunganya tinggi tinggi tinggi dan biasanya itu yang membuat bunga kredit juga susah turun. Jadi arahan-arahan yang umum. Tetapi OJK akan menindaklanjuti," kata Agus.

Terjadinya perang bunga deposito tak terlepas dari kondisi likuiditas perbankan yang sempat seret. Sehingga untuk menampung dana, perbankan memberikan penawaran bunga tinggi kepada para deposan.

Setahun berjalan, seiring dengan penurunan suku bunga acuan, suku bunga kredit sudah alami penurunan. Akan tetapi penurunannya sangat pelan, belum sampai di bawah 10% sesuai keinginan Presiden Jokowi. Maka dari itu, BI, OJK dan beberapa menteri ekonomi dipanggil Jokowi.


Kepada Jokowi, Agus juga melaporkan pertumbuhan kredit perbankan hingga Juli 2017, di mana secara tahun kalender hanya tumbuh 3,1%.

"Tetapi pertumbuhan kredit year to date itu mungkin cuma 3,1%. Jadi year to date itu kok pelan, gitu loh," tambah dia.

Dia menyebutkan, penyaluran kredit yang pelan dikarenakan perbankan cenderung melihat dari risiko meningkatnya kredit macet (Non Performing Loan/NPL). Pada awal 2017, kata Agus, tingkat NPL terus bergerak dari 2,4% naik ke 2,9%.

"Tetapi itu tadi kita dapat dilaporkan bahwa itu semua di dalam range yang tidak mengkhawatirkan. Tetapi kita juga tau bahwa pertumbuhan kredit yang pelan ini mungkin karena banyak dunia usaha yang masih ingin melihat bagaimana perkembangan harga komoditas," tutup dia. (mkj/mkj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads