Hal tersebut disampaikan Jokowi kepada Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (28/8/2017).
Perang bunga deposito menjadi persoalan serius yang diangkat pada tahun lalu. Dicurigai, hal tersebut yang membuat bunga deposito sulit diturunkan. Sehingga bunga kredit masih tetap tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terjadinya perang bunga deposito tak terlepas dari kondisi likuiditas perbankan yang sempat seret. Sehingga untuk menampung dana, perbankan memberikan penawaran bunga tinggi kepada para deposan.
Setahun berjalan, seiring dengan penurunan suku bunga acuan, suku bunga kredit sudah alami penurunan. Akan tetapi penurunannya sangat pelan, belum sampai di bawah 10% sesuai keinginan Presiden Jokowi. Maka dari itu, BI, OJK dan beberapa menteri ekonomi dipanggil Jokowi.
Kepada Jokowi, Agus juga melaporkan pertumbuhan kredit perbankan hingga Juli 2017, di mana secara tahun kalender hanya tumbuh 3,1%.
"Tetapi pertumbuhan kredit year to date itu mungkin cuma 3,1%. Jadi year to date itu kok pelan, gitu loh," tambah dia.
Dia menyebutkan, penyaluran kredit yang pelan dikarenakan perbankan cenderung melihat dari risiko meningkatnya kredit macet (Non Performing Loan/NPL). Pada awal 2017, kata Agus, tingkat NPL terus bergerak dari 2,4% naik ke 2,9%.
"Tetapi itu tadi kita dapat dilaporkan bahwa itu semua di dalam range yang tidak mengkhawatirkan. Tetapi kita juga tau bahwa pertumbuhan kredit yang pelan ini mungkin karena banyak dunia usaha yang masih ingin melihat bagaimana perkembangan harga komoditas," tutup dia. (mkj/mkj)











































