Gubernur BI Buka-bukaan di DPR Soal Pemangkasan Suku Bunga Acuan

Gubernur BI Buka-bukaan di DPR Soal Pemangkasan Suku Bunga Acuan

Hendra Kusuma - detikFinance
Selasa, 05 Sep 2017 19:03 WIB
Gubernur BI Buka-bukaan di DPR Soal Pemangkasan Suku Bunga Acuan
Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memaparkan soal penurunan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 0,25% menjadi 4,5% dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR mengenai pembahasan pokok-pokok dasar asumsi ekonomi pada RAPBN 2018.

Agus menyebutkan, perekonomian Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang semakin baik, tercermin dari berbagai indikator makro seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dan neraca pembayaran. Adapun, penurunan suku bunga acuan juga dipicu oleh rendahnya tingkat inflasi dan prakiraan inflasi di 2017 dan 2018, serta terjaganya defisit transaksi berjalan.

"Dengan begitu Bank Indonesia menurunkan BI 7 Day 0,25 basis poin dari 4,75% menjadi 4,5%, dengan suku bunga deposit facility turun 25 basis poin menjadi 3,75%, lending facility turun 25 basis poin menjadi 5,25%," kata Agus di Ruang Rapat Banggar DPR, Jakarta, Selasa (5/9/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penurunan suku bunga ini, kata Agus, diharapkan dapat memperkuat intermediasi perbankan sehingga memperkokoh sistem keuangan, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sekarang kondisi sudah cukup baik dengan realisasi 5,01% pada kuartal II-2017 di tengah ketidakpastian kondisi global.

Baiknya perekonomian Indonesia masih ditopang meningkatnya kinerja investasi, khususnya investasi bangunan yang sejalan dengan belanja infrastruktur pemerintah. Bahkan ditambah dengan meningkatnya proyek investasi swasta, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terus berlanjut di kuartal mendatang.

"Ini juga didukung oleh stimulus fiskal, kinerja konsumsi akan ditopang oleh konsumen yang kuat dan daya beli yang tetap terjaga seiring inflasi yang terkendali pada level yang rendah," jelas dia.

Dengan perkembangan tersebut, Agus Marto memastikan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2018 berada pada kisaran 5,1%-5,5% atau lebih baik dari tahun 2016 yang sebesar 5,02%.

Perkiraan tersebut, lanjut Agus, juga telah mempertimbangkan berbagai faktor baik dari sisi global yang diproyeksikan pertumbuhannya mencapai 3,6%.

"Perekonomian global dapat memberikan dampak positif terhadap ekspor 2018, meskipun tidak sebesar 2017 akibat peningkatan harga komoditas, dari sisi domestik akan ditopang peningkatan domestik, dalam pandangan kami, pertumbuhan investasi ke depan tidak hanya dari investasi bangunan tapi juga dari non bangunan," jelas dia.

Dari sisi nilai tukar rupiah, Agus menyebutkan sepanjang 2017 pergerakan rupiah relatif stabil dengan sedikit mengalami apresiasi terhadap dolar sebesar 0,97% year to date (ytd), dengan mencapai level Rp 13.343 per US$ pada 4 September 2017.

Menurut Agus, nilai tukar rupiah tersebut bergerak cukup stabil didukung oleh aliran dana masuk yang tetap kuat seiring dengan persepsi positif terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia, prospek imbal hasil yang baik, dan diikuti oleh tetap tingginya valas korporasi di pasar valas domestik. Bank Indonesia memperkirakan rata-rata nilai tukar pada tahun 2017 akan berada pada kisaran Rp 13.300-13.600 per dolar Amerika.

Dari sisi harga, Agus menyebutkan, Bank Indonesia mencatat perkembangan yang baik, seperti tercermin dari inflasi hingga Agustus 2017 yang terkendali sehingga mendukung capaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4 +-1%.

Indeks harga konsumen Agustus 2017, tercatat deflasi sebesar 0,07% (month to month). Lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi bulan Agustus 3 tahun terakhir sebesar 0,28%. Perkembangan ini merupakan dampak membaiknya pasokan, pengaruh faktor musiman pasca lebaran dan liburan sekolah, serta kontribusi positif berbagai kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dan BI, serta koordinasi yang kuat dengan tim pengendali inflasi daerah di seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan komponennya, inflasi yang terkendali tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi kelompok volatile food dan kelompok administered prices. Dengan demikian IHK sampai dengan bulan Agustus 2017 tercatat 2,35% ytd dan secara tahunan sebesar 3,82% year on year.

"Secara keseluruhan, inflasi tahun 2017 diperkirakan berada di batas bawah sasaran inflasi sebesar 4Âą1%. Di sisi domestik meningkatnya permintaan domestik diperkirakan masih dapat direspons oleh kapasitas produksi," kata Agus.

Agus mengungkapkan, ekspektasi inflasi diperkirakan tetap terjaga dengan dukungan kebijakan dan koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia. Di sisi eksternal, tekanan inflasi tetap terkendali sejalan dengan pergerakan nilai tukar yang tetap stabil di tengah peningkatan harga-harga komoditas internasional.

Dengan begitu, Agus memastikan, Bank Indonesia memperkirakan inflasi untuk tahun 2018, tetap berada dalam rentang sasaran inflasi 3,5Âą1%.

"Inflasi inti diperkirakan masih akan terjaga dengan ekspektasi inflasi yang terjanga dengan baik yang didukung oleh kebijakan moneter yang terukur. Sementara itu, inflasi volatile food diperkirakan terkendali dengan baik seiring berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam memperkuat pasokan. baik dengan meningkatkan produksi maupun menjaga kelancaran distribusi. Sementara itu inflasi, administered prices diperkirakan cenderung menurun," tutup dia. (mkj/mkj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads