Gubernur BI, Agus Martowardojo, menyatakan pergerakan nilai tukar didukung oleh aliran dana masuk yang tetap kuat seiring dengan persepsi positif terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia, prospek imbal hasil yang baik, dan diikuti oleh tetap tingginya valas korporasi di pasar valas domestik. Pergerakan nilai tukar rupiah diperkirakan tetap stabil ke depannya.
"Bank Indonesia memperkirakan rata-rata nilai tukar pada tahun 2017 akan berada pada kisaran Rp 13.300-13.600 per dolar Amerika," ungkap Agus pada rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (5/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data neraca pembayaran Indonesia pada kuartal II-2017 surplus sebesar US$ 700 juta ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial melebihi defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2017 tercatat sebesar 1,96% terhadap PDB seiring menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas, disertai meningkatnya defisit neraca jasa dan pendapatan primer.
Penurunan surplus neraca perdagangan non migas, disebabkan oleh turunnya ekspor nonmigas di tengah tingginya impor nonmigas baik bahan baku maupun barang konsumsi untuk memenuhi permintaan domestik selama bulan puasa dan lebaran.
Lalu bagaimana dengan 2018?
Untuk tahun depan, BI memasang asumsi yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Faktor pendorongnya adalah kenaikan suku bunga acuan AS.
"Sementara itu prospek nilai tukar rupiah 2018, kami perkirakan bergerak realtif stabil dengan sedikit mengalami tekanan depresiasi pada Rp 13.400 sampai 13.700 per dolar AS sejalan dengan kebijakan suku bunga AS yang diperkirakan akan meningkat," jelas Agus. (mkj/mkj)











































