BNI Baru Berhasil Tarik Rp 17,2 M dari Kasus LC Bodong

BNI Baru Berhasil Tarik Rp 17,2 M dari Kasus LC Bodong

- detikFinance
Kamis, 19 Mei 2005 16:48 WIB
Jakarta - Kasus Letter of Credit (LC) bodong di Bank Negara Indonesia (BNI) Kebayoran terus dikejar. Sampai saat ini PT BNI Tbk baru berhasil menarik dana cash sebesar Rp 17,2 miliar atas kasus LC bodong senilai Rp 1,3 triliun. Sementara aset yang disita, menurut pengakuan para tersangka, nilainya mencapai Rp 1,5 triliun. Demikian disampaikan Dirut BNI Sigit Pramono kepada wartawan usai menghadiri RUPS PT BNI Tbk di Hotel Mulia, Jalan Asia Afrika, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (19/5/2005).Lebih lanjut Sigit Pramono mengatakan, recovery kasus LC di BNI Kebayoran saat ini, BNI baru mendapat dana cash sebesar Rp 3,9 miliar ditambah US$ 400 ribu (kurs Rp 9.500, sama dengan Rp 3,8 miliar).Selain itu, terdapat penyerahan piutang sebesar Rp 9,5 miliar. Dana tersebut belum bisa masuk dalam neraca keuangan BNI karena saat ini masuk escrow account. "Kita tidak bisa berharap banyak dari recovery kasus LC ini, tapi kita akan berusaha sekuat tenaga mengejar pelaku utama sampai ke ujung dunia," ujar Sigit.Mengenai penyitaan aset, lanjut Sigit, pihaknya belum melakukan penilaian ulang. Angka Rp 1,5 triliun dari aset yang disita hanya berdasarkan pengakuan para tersangka. Sebelumnya, pengamat ekonomi Drajat Wibowo menilai aset yang disita bisa jadi nilainya jauh di bawah itu.Sigit menjelaskan bahwa dihukumnya terdakwa Andrian Woworuntu dengan vonis seumur hidup memberikan lampu hijau untuk menangkap target utama. Pasalnya dengan adanya vonis tersebut, akan membuka peluang untuk melakukan kerja sama dengan negara-negara lain karena tersangka yang ada di Indonesia sudah ditahan.BNI, lanjut Sigit, kemungkinan akan menempuh pengadilan in absentia untuk menangkap target utama. Pasalnya, target utama tidak ada di dalam negeri, selalu berpindah-pindah antara Hongkong, Singapura dan Belanda. "Sulit tuntuk mendapatkan recovey yang maksimal. Kalau pun bisa 50 persen, itu harus dikejar ramai-ramai," katanya. Penawaran Umum KeduaSigit juga menjelaskan perseroan baru akan melakukan penawaran umum kedua (secondary offering) paling cepat tahun 2006. Hal ini karena BNI ingin lebih dulu memperbesar asetnya sehingga ketika sahamnya dilepas memberikan keuntungan yang lebih besar dibanding saat ini. "Kita rencananya melakukan merger atau akusisi sebelum secondary offering," ujarnya.Diakui dengan jumlah saham di pasar yang kurang dari 2 persen, sulit bagi saham BNI untuk likuid. Apa pun sentimen positif di BNI akhirnya tidak memberikan pengaruh terhadap harga saham. "Mau tidak mau kita harus melepas saham 30 persen lagi," jarnya.Mengenai rencana penerbitan obligasi senilai U$ 200 juta, menurut Sigit,sampai saat ini belum bisa dilakukan karena menunggu pasar obligasi membaik. (jon/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads