Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, mengungkapkan pelemahan nilai tukar masih dipengaruhi oleh eksternal. Khususnya soal Presiden AS Donald Trump yang ingin memangkas pajak dan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS.
"Tekanan di nilai tukar rupiah itu adalah tekanan karena kondisi global," terang Agus di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (6/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita juga lihat itu dampaknya terhadap nilai tukar mata uang yang lain," ujarnya.
Sementara dari dalam negeri, menurut Agus tidak ada permasalahan. Dari sisi posisi cadangan devisa pada akhir September 2017 mencapai US$ 129,4 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2017 yang sebesar US$ 128,8 miliar.
Inflasi juga terjaga pada level rendah, dengan realisasi 0,13% pada September 2017. Pada bulan ini inflasi diproyeksi juga lebih rendah, sehingga di akhir tahun bisa sesuai dengan asumsi BI.
Pertumbuhan ekonomi, kata Agus juga bisa lebih tinggi dari kuartal sebelumnya. Pendorongnya adalah investasi dan perdagangan yang terimbas dari kenaikan harga komoditas. Agus tetap optimis bisa mencapai rentang 5-5,4% pada akhir tahun.
"Memang makro ekonomi Indonesia menunjukkan kondisi yang semakin baik, pemulihan ekonomi terus berjalan dan fundamental ekonomi kita juga terjaga," pungkasnya.
(mkj/mkj)