Dalam laporannya, Senin (16/10/2017), BI menyampaikan, utang luar negeri swasta adalah US$ 165,6 miliar (48,6% dari total utang luar negeri), angka ini tumbuh 0,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan utang luar negeri publik per Agustus 2017 mencapai US$ 174,9 miliar (51,4% dari total utang luar negeri), angka ini tumbuh 9,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan jangka waktu asal, BI melaporkan, pertumbuhan utang luar negeri jangka panjang dan jangka pendek tetap terkendali. Utang luar negeri berjangka panjang tumbuh 3,3% pada Agustus 2017 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Sementara utang luar negeri berjangka pendek tumbuh 14,6% (yoy).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, posisi utang luar negeri berjangka pendek tercatat US$ 45,8 miliar (13,5% dari total utang luar negeri), terdiri dari utang luar negeri sektor swasta sebesar US$ 43,5 miliar (94,9% dari total utang luar negeri jangka pendek) dan utang luar negeri sektor publik (pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 2,3 miliar (5,1% dari total utang luar negeri jangka pendek).
Menurut sektor ekonomi, posisi utang luar negeri swasta pada akhir Agustus 2017 masih terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih (LGA). Pangsa utang luar negeri keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 76,8% atau meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya pertumbuhan utang luar negeri pada sektor industri pengolahan dan sektor LGA, sementara utang luar negeri pada sektor keuangan dan sektor pertambangan masih mengalami kontraksi pertumbuhan.
BI memandang, perkembangan utang luar negeri pada Agustus 2017 tetap sehat dan terkendali. Hal ini tercermin antara lain dari utang luar negeri ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang pada akhir Agustus 2017 tercatat stabil di kisaran 34%. Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers. BI terus memantau perkembangan utang luar negeri dari waktu ke waktu untuk memberikan keyakinan bahwa utang luar negeri dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi. (wdl/hns)











































