Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan jika melihat dari kinerja pengelolaan keuangannya, Indonesia Eximbank relatif sangat baik. Apalagi jika melihat jumlah pembiayaan yang sudah naik berlipat sejak 2009, sehingga secara tak langsung berkontribusi besar pada peningkatan ekspor.
"Dulu aset LPEI Rp 2 triliun. Kemudian masuk PMN (penyertaan modal negara) Rp 4 triliun, APBN hanya memasukkan Rp 4 triliun, dan institusi ini bisa melakukan pembiayaan Rp 100 triliun. It's not bad. Saya sih senang," ucap Sri Mulyani saat peringatan Sewindu Indonesia Eximbank di Aston Hotel, Semarang, Sabtu (28/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan negara bayar Rp 4 triliun, sekarang dari bayar pajak, PNBP, dan dividen nilainya sudah balik modal Rp 5,2 triliun. Nah ini saya senang dengan perkembangan (kinerja) yang ada," tutur Sri Mulyani.
Diungkapkan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, suntikan modal pemerintah saat pembentukan LPEI sendiri merupakan bentuk investasi tak langsung pemerintah.
"Kalau Rp 2 triliun saya injeksikan, saya belanja lewat Kementerian PUPR ya Rp 1 jadi Rp 1. Kalau di Kementerian Perhubungan Rp 1 jadi Rp 1 dalam bentuk rel. Uangnya enggak hilang, karena jadi barang. Tapi kalau injeksi di LPEI, Rp 1 jadi Rp 10, dan uangnya enggak hilang. Ini opsi-opsi dalam keuangan negara," ujar dia.
Namun demikian, dirinya yang jadi wakil pemegang saham berharap, selain kinerja keuangan yang moncer, LPEI juga bisa berkontribusi lebih banyak lagi pada pembiayaan dari yang ada saat ini, terutama yang menyasar segmen UKM berorientasi ekspor atau UKME.
"Tapi sudah 8 tahun apa selanjutnya? Saya rasa satu hal, saya ingin eximbank ini semakin fokus dan punya ambisi jelas, Pak Jokowi ingin kita punya produktivitas dan competitiveness atas produk-produk kita. Ini bukan tugas eximbank sendiri," ungkap Sri Mulyani.
Sebagai informasi, jumlah pembiayaan LPEI sendiri tahun ini sudah mencapai Rp 97 triliun, melonjak dari tahun saat awal dibentuk yakni Rp 9 triliun. Dari sisi debitur juga meningkat drastis dari tahun 2009 hanya 77 debitur untuk penyaluran kredit, saat ini sudah menjadi 884 debitur.
Direktur Pelaksana II Indonesia Eximbank, Indra Wijaya Supriadi, menjelaskan dari target penyaluran kredit ke UMKE itu, saat ini sudah terealisasi Rp 12 triliun. Tahun 2016 lalu, kredit untuk UKME bisa terealisasi Rp 10,5 triliun.
"Pembiayaan UKM hingga akhir tahun nanti targetnya Rp 14,8 triliun. Posisi terakhir di September 2017 adalah Rp 12 triliun, jadi memang dalam dua bulan ini kejar ketertinggalan Rp 2,8 triliun," terang Indra
Diungkapkannya, risiko yang tinggi bagi pelaku usaha seperti UKM, apalagi untuk memasuki pasar ekspor ke negara-negara non tradisional, membuat mereka sulit mengakses modal lantaran kurang dilirik perbankan umumnya. Di sinilah peran Eximbank menjembatani kebutuhan eksportir dari sisi finansial.
Negara-negara tujuan ekspor non tradisional sendiri merujuk pada negara-negara dengan potensi ekonomi besar, namun belum banyak digarap pelaku eksportir Indonesia seperti Afrika Barat, Amerika Selatan, Asia Tengah, dan Asia Tengah.
"Beberapa nasabah coba masuk ke pasar baru ke negara-negara non tradisional. Ini tergolong risiko tinggi. Kita coba beberapa potensi pasar yang masuk seperti Asia Selatan dan Afrika. Kita harap ini bisa menutup gap (kekurangan pembiayaan di 2017) Rp 2,8 triliun. Tahun depan, trennya sama, ada diversifikasi pasar non tradisional," kata Indra.
(idr/mkj)











































