Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank, Sinthya Roesly, mengungkapkan pihaknya memiliki strategi menjaring lebih banyak UKM berorientasi ekspor atau UKME dengan bergerilya bersama dengan pemerintah daerah.
"Masalah UKM itu tak hanya pembiayaan, tapi juga fasilitas. Insya Allah untuk pembiayaan kita bantu, pembiayaan bagaimana prosesnya? Kami nanti dengan kabupaten (pemda) akan membuat tim gugus tugas yang bersama-sama cari solusi di daerah. Bersama-sama dengan memetakan UKM yang potensial di daerah," kata Sithya di Pati, Jawa Tengah, Minggu (29/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tadi malam kami sudah luncurkan Forsa. Forum satu atap untuk fasilitasi kesulitan perizinan, regulasi ekspor, dan lainnya. Di situ juga ada kementerian terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan. Silakan pelaku usaha masuk ke situ, menjadikan tempat untuk mencari solusi permasalahan terkait ekspor," ungkap Sinthya.
Di luar itu, pihaknya membentuk jasa konsultasi yakni CPNE (Coaching Program for New Exporter). Dimana Indonesia Eximbank setiap tahun menyaring pelaku usaha UKME yang berorientasi ekspor. Tercatat sejak tahun 2015, ada 13 pelaku UKM yang bisa naik kelas lantaran menjadi eksportir baru.
Sebagai informasi, realisasi pembiayaan Indonesia Eximbank untuk segmen UKM orientasi ekspor telah meningkat sangat signifikan dari Rp 536,7 miliar di tahun 2010, menjadi Rp 11,3 triliun hingga Juni 2017.
Untuk porsi pembiayaan LPEI terhadap UKM terhadap kredit UKM perbankan nasional sudah mencakup 1,34%. Di Jawa Tengah sendiri, porsi pembiayaan Indonesia Eximbank yakni 2,19% dari total kredit UKM perbankan di provinsi tersebut. (ega/ang)