Seperti yang dikutip dari data perdagangan Reuters, Jumat (17/11/2017), dalam dua pekan terakhir, rupiah cukup stabil di level 13.500/US$.
Adakah kemungkinan rupiah kembali melemah?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan memang pada saat itu terjadi outflow terutama di pasar fixed income, bond dan SBN," ujar Mirza di Kantor Pusat BI, Jakarta.
Baca juga: IHSG Cetak Rekor Intraday di 6.084 |
Namun setelah diumumkan Jerome Powell sebagai Gubernur, nilai tukar kembali stabil. Investor menganggap Powell akan mempertahankan ritme dari kebijakan moneter yang sudah berjalan sekarang.
"Pada bulan Oktober volatility sempat naik itu ke 8% sekarang sudah back to normal lagi ke level 2-3% lagi," jelasnya.
Hati-hati Terhadap Perkembangan Global
Mirza tidak menutup kemungkinan yang bisa mempengaruhi nilai tukar kembali bergejolak. Untuk itu diperlukan sikap kehati-hatian agar tidak kaget saat ada perubahan, khususnya yang datang dari negara-negara maju.
Bila melihat kondisi ekonomi dunia, Mirza menjelaskan negara seperti Jepang, China hingga Uni Eropa secara keseluruhan diproyeksikan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Meskipun masih ada catatan di inflasi, seperti yang dialami AS, Uni Eropa dan Jepang.
"Target mereka kan 2% sehingga EU masih akan terus mempertahankan kebijakan QE-nya walaupun dengan jumlah stimulus yang lebih kecil dan Jepang juga masih terus menjalankan QE-nya," terang Mirza.
Baca juga: Bank Masih Kebanjiran Uang Hingga Akhir 2017 |
Dari AS tengah dalam penurunan balance sheet atau secara sederhana AS sudah mulai mengurangi jumlah uang beredar. Menurut Mirza hal tersebut tidak begitu mengejutkan, sebab sebelumnya AS sudah memberikan sinyal.
"Jadi sangat berhati-hati sekali Fed melakukannya sehingga pasar tidak ada kejutan," jelasnya. Begitu juga dengan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS, Bank Sentral juga sudah lebih dulu memberikan sinyal dan direspons oleh investor.
Di samping itu, sisi dalam negeri juga patut menjadi perhatian. Maka perlu dilakukan pengendalian inflasi serta defisit transaksi berjalan. Mirza memastikan sekarang dalam posisi yang sehat.
"Walaupun suku bunga AS naik kalau kita bisa mempertahankan angka-angka inflasi, balance of payment, CAD, ya situasi stabilitas masih bisa dijaga dan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih baik dan pertumbuhan kredit diperkirakan akan lebih baik dari pada tahun ini jadi situasi harusnya sih akan tetap terjaga dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik," paparnya.
Hal-hal tersebut yang menurut Mirza juga akan mempengaruhi investor untuk tetap menahan dananya di Indonesia. Sehingga rupiah tetap stabil. (mkj/hns)











































