Ini Gambaran Ekonomi RI 2017-2018 Versi BI

Ini Gambaran Ekonomi RI 2017-2018 Versi BI

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 28 Nov 2017 21:32 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyebutkan, 2017 adalah tahun pemulihan ekonomi Indonesia. Kemudian tahun depan ekonomi juga diproyeksi membaik dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada 2017, pertumbuhan ekonomi domestik kembali menguat pada semester dua, setelah sempat tertahan pada semester satu. Ini didorong oleh perbaikan kinerja ekspor dan peningkatan investasi oleh swasta.

Gubernur BI, Agus Martowardojo, menjelaskan strategi pemerintah berjalan sesuai rencana dan mampu mendorong ekonomi lebih tinggi. "Kami memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 5,1% tahun ini, angka ini lebih baik dibandingkan pertumbuhan negara lain," kata Agus, dalam acara pertemuan tahunan BI, di JCC, Jakarta, Selasa (28/11/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angka inflasi 2017 ini diperkirakan mencapai 3%-3,5%. Angka ini sesuai dengan sasaran inflasi 2017, di tengah tekanan kenaikan inflasi administered prices akibat kenaikan tarif listrik sebagai bagian dari reformasi energi.

Agus mengatakan, fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya pulih seperti yang diharapkan di tahun ini. Kredit perbankan pada tahun ini diperkirakan tumbuh sekitar 8%, atau di bawah 10%. Meski begitu, angka tersebut membaik dari pertumbuhan kredit tahun sebelumnya 7,86%.

Untuk tahun depan, Agus menjelaskan, BI memprediksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh di kisaran 5,1%-5,5%.

Agus menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut masih ditopang oleh permintaan domestik. "Dengan percepatan reformasi struktural perekonomian bisa tumbuh tinggi tanpa ganggu stabilitas sistem keuangan," kata Agus.

Tahun depan inflasi ditargetkan bisa tumbuh 3,5% plus minus 1%. Kemudian pertumbuhan kredit perbankan bisa tumbuh 10%-12%. Sementara dana pihak ketiga (DPK) perbankan tahun depan diperkirakan tumbuh 9%-11%. Kemudian defisit neraca berjalan atau current account deficit (CAD) diprediksi berada di bawah 3% dari PDB.

Dalam jangka pendek, stimulus dari pemerintah akan berperan penting dalam mendorong perekonomian. Stimulus pemerintah, momen Pilkada dan Asian Games pada 2018 akan berpengaruh pada permintaan domestik khususnya konsumsi.

"Investasi pemerintah dalam bentuk proyek-proyek infrastruktur tetap akan mewarnai pertumbuhan investasi ke depan," ujarnya.

Di sisi lain, ekspor diperkirakan tetap tumbuh namun melambat dibandingkan tahun ini dengan struktur ekspor yang masih bertumpu pada komoditas.

Agus menjelaskan, prospek perekonomian dalam jangka pendek tersebut akan menjadi landasan yang kuat bagi perekonomian dalam jangka menengah dan panjang.

Dalam jangka menengah, perekonomian global diperkirakan mulai meningkat secara gradual. Harga komoditas juga mulai tumbuh positif sejalan dengan permintaan yang mulai meningkat.

"Di sisi domestik kami meyakini reformasi struktural yang dicanangkan pemerintah akan berjalan dengan baik, dilandasi oleh komitmen yang tinggi dari pemerintah," jelas dia di depan Presiden Joko Widodo (Jokowi), sejumlah menteri, serta petinggi sektor keuangan yang hadir.

Proyek-proyek infrastruktur pemerintah akan terakselerasi dan berdampak signifikan pada perekonomian. Paket-paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah juga akan memperbaiki iklim investasi di Indonesia.

"Reformulasi regulasi di berbagai kementerian dan lembaga di tingkat pusat dan daerah akan memberikan keyakinan dan dampak yang signifikan pada minat berinvestasi," ujar Agus.

Kemudian Agus melanjutkan, integrasi sistem perizinan dan kemudahan berusaha akan mempermudah aktivitas ekonomi. Percepatan reformasi struktural yang terjadi tentu saja akan meningkatkan produktifitas perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang disertai sisi suplai yang lebih kuat pada gilirannya memungkinkan perekonomian tumbuh lebih tinggi tanpa mengganggu stabilitas.

Pertumbuhan harga komoditas tahun depan diproyeksikan melambat, meskipun pada tahun-tahun berikutnya harga komoditas ajan tumbuh secara gradual sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global.

Di sektor keuangan, BI memperkirakan tren suku bunga dunia akan meningkat, sejalan dengan tren pengetatan kebijakan moneter di negara maju. Suku bunga kebijakan AS diperkirakan akan meningkat sekali lagi tahun ini dan meningkat tiga kali pada tahun depan.

Agus mengatakan dinamika perekonomian global, tantangan ekonomi, dan arah kebijakan ekonomi yang ditempuh pemerintah dan BI akan menentukan prospek perekonomian ke depan. "Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan meningkat secara gradual pada tahun-tahun mendatang," ujar dia.

Dalam jangka pendek, sumber pertumbuhan ekonomi akan merata, berasal dari negara maju maupun berkembang, namun dalam jangka menengah panjang, negara berkembang akan memainkan peranan lebih besar sebagau sumber pertumbuhan ekonomi global.

Negara-negara berkembang diperkirakan tumbuh lebih tinggi dengan Tiongkok dan India sebagai motor utamanya. Negara maju seperti AS, Eropa, dan Jepang akan tumbuh lebih rendah karena permasalahan aging population dan produktivitas. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads