Agus menyebutkan, pulihnya ekonomi global diikuti meningkatnya harga komoditas internasional dan respons pengetatan kebijakan moneter di beberapa negara maju secara gradual yang telah diantisipasi oleh pasar dengan baik, sehingga berdampak positif terhadap stabilitas pasar keuangan internasional tahun ini.
Dengan perkembangan ekonomi global tersebut, BI berkeyakinan pertumbuhan ekonomi pada 2018 akan berada di kisaran 5,1%-5,5% yang didorong terutama oleh permintaan domestik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengakui langkah kebijakan yang diambil oleh BI sangat sejalan dengan kebijakan fiskal pemerintah.
"Pertama saya rasa pidatonya bagus dengan tema memperkuat mementum, ini konsisten dengan tema-tema pemerintah. Seluruh kebijakan pemerintah, kebijakan fiskal untuk perkuat memontum baik dari sisi pengangguran maupun pengurangan kemsikinan," kata Sri Mulyani, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (28/11/2017).
Baca juga: Ini Bocoran Arah Kebijakan Bank Indonesia |
Langkah-langkah yang diambil BI mulai dari kebijakan moneter, inflasi, menjaga nilai tukar, makroprudensial yang secara selektif dengan tidak mengurangi momentum.
"Saya welcome terhadap langkah-langkah tersebut. Saya harap BI turut ciptakan kepercayaan yang makin baik sehingga sektor keuangan bisa betul-betul menopang dan support pertumbuhan ekonomi secara lebih baik," jelas dia.
Tidak hanya itu, Sri Mulyani juga mengapresiasi langkah BI yang mempeluas kebijakan Giro Wajib Minimum secara rata-rata (GWM Averaging).
"Langkah BI ubah GWM dengan kombinasi dan sangat selektif itu mungkin ditunjukan agar seluruh perbankan masih bisa ciptakan ruang gerak untuk lending (kredit) tanpa mengkompromikan risiko dan komposisi valas dan rupiah," tukas dia. (wdl/wdl)