Debat Para Analis Kelas Dunia Soal Lonjakan Nilai Bitcoin

Debat Para Analis Kelas Dunia Soal Lonjakan Nilai Bitcoin

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 30 Nov 2017 11:26 WIB
Foto: Reuters
Jakarta - Bubble hingga Ponzi adalah kata yang digunakan oleh pengkritik cryptocurrency selama satu tahun terakhir. Hal tersebut karena pergerakan nilai tukar bitcoin terus merangkak dari awalnya di bawah US$ 1000 per keping hingga US$ 10.000 per keping.

Mengutip CNBC, CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon mengungkapkan bahwa cryptocurrency tidak akan bisa bertahan lama di Amerika Serikat (AS).

Sejak awal tahun, mata uang virtual ini telah memberikan imbal hasil lebih dari 900%. Seorang trader menyebutkan, kenaikkan harga bitcoin pada 2017 ini adalah pergerakan terbesar selama 40 tahun terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbeda dengan Dimon, Akademisi dan CEO Distilled Analytics David Shrier mengatakan pada CNBC bahwa dia tidak ragu dengan potensi mata uang virtual ini.

"Ada utilisasi bitcoin yang bisa membuat nilainya bertahan atau meningkat, meskipun ada kemungkinan harganya berkurang. Tapi bitcoin tidak akan kembali ke angka nol," kata dia dikutip dari CNBC, Kamis (30/11/2017).


Peneliti dari DFINITY Project Dominic Williams cukup skeptis terkait penawaran bitcoin di masa lalu. Dia menyebutkan hanya akan ada sebagian kecil dari proyek yang berpeluang untuk sukses dalam initial coin offering (ICO).

ICO adalah cara bagi perusahaan untuk mengumpulkan uang dengan imbalan uang konvensional atau uang digital.

"Sebagian besar memang diciptakan secara khusus, dan mereka berambisi untuk mengumpulkan uang dari investor yang antusias," jelas dia.

Founder dan CEO Hedge Fund Citadel Ken Griffin mengkhawatirkan sejumlah investor mencampur blockchain dan bitcoin.

Blockchain adalah istilah umum untuk distribusi bitcoin. Blockchain dapat merekam transaksi. Ini adalah teknologi dasar yang membuat cryptocurrency seperti bitcoin dan ethereum. Dia menyebut banyak orang yang membeli padahal tidak mengerti teknologi yang mendasarinya.


Shrier menjelaskan, bahwa dia tidak khawatir bahwa masalah di cryptocurrency akan menghambat transaksi bank konvensional. Justru spekulasi tersebut bisa membantu untuk menarik sumber baru modal ke tempat tersebut.

Sebagai mata uang digital, dia menjelaskan pergerakan harga bitcoin sangat tidak teratur. Ini karena dipengaruhi oleh interaksi permintaan yang spekulatif.

Dia mengkhawatirkan, kemungkinan beberapa orang yang masuk di awal dan menguasai transaksi justru membuat masalah. Ditakutkan ada skema piramida yang membuat pembeli awal semakin kaya dan orang lain kehilangan uang banyak.

Sementara itu, Fund Manager Michael Novigratz mengungkapkan justru ke depan ada kemungkinan bitcoin tembus US$ 40.000 pada akhir 2018.

(mkj/mkj)

Hide Ads