Suku Bunga Acuan BI Diprediksi Tetap

Suku Bunga Acuan BI Diprediksi Tetap

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 14 Des 2017 11:55 WIB
Foto: Ardan Adhi Chandra
Jakarta - Suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7days Repo Rate hari ini akan diumumkan dan diprediksi tetap pada posisi 4,25%. Bertahannya suku bunga diproyeksi terjadi hingga tahun depan.

Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudishtira Adhinegara menjelaskan BI 7days Repo Rate diprediksi tetap karena sejumlah faktor seperti kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Federal Reserve.

"Kenaikan Fed Rate memicu pelemahan nilai tukar rupiah dan bisa menyebabkan capital flight dari negara berkembang ke AS," kata Bhima saat dihubungi detikFinance, Kamis (14/12/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mengendalikan modal asing yang keluar dan rupiah yang rentan melemah BI akan menggunakan cadangan devisa. Per November cadangan devisa masih di angka 125,9 miliar dolar. Masih cukup untuk stabilisasi rupiah. Meskipun rupiah diproyeksi akan melemah 13.600-13.800 per dolar akibat kenaikan Fed rate tapi masih dalam level yang terkendali.

Kemudian dia menjelaskan, inflasi yang rendah juga menjadi faktor BI menahan suku bunga acuan. Pasalnya, hingga akhir tahun, inflasi diprediksi sebesar 3,37% masih di bawah asumsi pemerintah, namun lebih tinggi dibanding tahun lalu, gangguan cuaca juga berpengaruh terhadap inflasi pangan.

"Kemudian faktor reformasi kebijakan pajak AS dan instabilitas geopoitik Timur Tengah juga akan menekan sentimen investasi asing," ujarnya.

Penahanan suku bunga acuan akan berdampak negatif ke suku bunga kredit. Padahal pertumbuhan kredit masih rendah yakni 7,9% per September 2017. "BI diprediksi akan lebih hati-hati dan pro stabilitas. Ruang pelonggaran moneternya bisa dikatakan sudah habis, jadi hanya tersisa makroprudensial," ujarnya.

Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Hariyono Tjahjarijadi menjelaskan BI 7days Repo Rate akan bertahan. Ini tergantung dengan kondisi likuiditas pasar.

"Tergantung pasar, kan harus memperhatikan tingkat inflasi dan kurs rupiah, karena suku bunga AS naik," ujarnya. (zlf/zlf)

Hide Ads