Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menjelaskan, cadev meningkat pada 2017, cukup untuk membiayai kebutuhan impor.
"Cadangan devisa cukup untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional," kata Agus dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (28/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memasuki 2010 jumlah cadangan devisa naik signifikan menjadi US$ 96,2 miliar atau cukup untuk membiayai 7,2 bulan impor. Lalu 2011 cadev tercatat US$ 110,1 miliar atau untuk pembayaran 6,4 bulan impor.
Pada 2012 tercatat US$ 112,8 miliar atau membiayai 6,2 bulan impor. Jumlah cadev sempat turun pada 2013 menjadi US$ 99,4 miliar atau bisa membiayai 5,4 bulan impor.
Agus menjelaskan, pada 2014 jumlah cadev meningkat menjadi US$ 111,9 miliar atau bisa membiayai 6,5 bulan impor. Kemudian 2015 turun menjadi US$ 105,9 atau 7,4 bulan impor.
"Kemudian kembali meningkat pada 2016 menjadi US$ 116,4 miliar cukup untuk membiayai 8,4 bulan impor. Tahun ini 2017 cadangan devisa tercatat US$ 125,9 miliar dan cukup untuk membiayai 8,1 bulan impor," ujarnya. (ara/ara)











































