Menurut Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara, BI akan mempertahankan suku bunga acuan lantaran inflasi Januari diperkirakan relatif tinggi, yakni di kisaran 0,6% secara bulanan yang dikarenakan kenaikan harga pangan.
"Khususnya beras membuat proyeksi inflasi tahun 2018 bisa di atas target pemerintah 3,5%," tuturnya dalam keterangan tertulis, Kamis (18/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketiga, tekanan eksternal masih cukup besar khususnya penyesuaian Fed rate yang diproyeksi naik hingga 4 kali di 2018. Instabilitas geopolitik di timur tengah dan tren harga minyak yang bisa menembus US$ 80 dolar per barel juga berpengaruh pada keputusan BI," imbuhnya.
Bhima yakin sepanjang 2018 outlook kebijakan moneter BI akan lebih pro stabilitas dibandingkan dorong pertumbuhan kredit bank. Di sisi yang lambatnya penurunan bunga kredit disebabkan oleh faktor yang sifatnya struktural.
"Ini akarnya karena persaingan bank di Indonesia tidak sehat. Ada 117 bank yang saling berebut dana, ketika bunga deposito turun tapi bank lainnya bertahan dikhawatirkan akan ada perpindahan simpanan ke bank yang menawarkan bunga lebih tinggi. Kemudian beban operasional bank cukup tinggi dengan rasio BOPO dikisaran 80%. Untuk tekan bunga kredit otomatis bank harus lebih efisien," tandasnya. (zlf/zlf)