Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Doddy Zulverdi, mengatakan faktor global tersebut ialah terkait rencana Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga.
"FOMC muncul di akhir Januari dan menunjukkan pernyataan assessment lebih, menunjukkan The Fed lebih yakin menaikkan suku bunga, membuat market melakukan penyesuaian terhadap ekspektasi suku bunga ke depan," kata Doddy di Kantor BI, Jakarta, Kamis (1/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dolar AS 'Perkasa' di Asia |
Hal itu dikombinasikan dengan kesepakatan dalam kongres di AS di mana adanya ruang defisit AS mencapai US$ 200 miliar.
"Otomatis defisit fiskal semakin besar akan makin banyak penerbitan obligasi di AS, supply bond makin membengkak," jelas Doddy.
Baca juga: Dolar AS Menguat, Harga Makanan Bisa Naik |
Bukan hanya itu, pelemahan tersebut dipicu oleh data-data positif di AS yang dirilis sejak awal Februari. Data tersebut seperti upah, tenaga kerja, produksi, dan sebagainya. Hal ini menambah keyakinan pelaku pasar jika The Fed akan menaikkan suku bunga.
"Kemudian semakin menambah keyakinan pasar kenaikan suku bunga di AS akan naik," ujarnya. (hns/hns)