"Pengaruh global, termasuk kenaikan suku bunga The Fed, jangan sampai terus-terusan mempengaruhi nilai tukar rupiah. Kementerian terkait dan Bank Indonesia harus mewaspadai volatilitas kurs rupiah. BI harus hadir untuk menstabilkan kurs," kata Taufik di Jakarta, Jumat (2/3/2018).
Taufik menambahkan, jika rupiah semakin melemah, akan sangat berdampak pada perekonomian dalam negeri. Salah satunya, daya saing produk Indonesia yang berpotensi melemah. Pasalnya, beberapa sektor industri menggunakan bahan baku dan barang modal dari luar negeri, alias impor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dampak lain dari melemahnya rupiah adalah ke beban pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri pemerintah yang semakin membesar. Termasuk risiko dari utang swasta, juga harus diwaspadai.
"Kondisi ini jangan ditambah lagi adanya jatuh tempo luar negeri dari pihak swasta, karena akan memberatkan nilai rupiah lagi," imbuh Taufik.
Baru-baru ini, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai gejolak atau volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berlangsung hingga minggu ketiga Maret. Namun Agus memastikan, gejolak nilai tukar berada di kisaran yang masih wajar yakni di level 7-8 persen. (nwy/ang)











































