Butuh Waktu Panjang Buat Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1

Jakarta - Rencana penyederhanaan nilai mata uang atau redenominasi rupiah kembali dilanjutkan. Usai Paripurna di DPR kemarin, Gubernur BI terpilih Perry Warjiyo mengungkapkan akan melanjutkan rencana tersebut dan menunggu arahan dari pemerintah.

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan redenominasi ini membutuhkan persiapan dan sosialisasi yang lama. Seperti Turki yang membutuhkan waktu 10 tahun untuk penerapan redenominasi ini.

"Persiapan terutama berkaitan dengan transisi pembukuan dan transaksi pelaku usaha. Biaya transisi ini juga terbilang mahal bagi pelaku usaha," kata Bhima saat dihubungi detikFinance, Rabu (4/4/2018).

Dia menjelaskan selain itu masih ada sekelompok masyarakat yang menganggap redenominasi sebagai sanering atau pemotongan nilai mata uang.

"Belajar dari pengalaman itu edukasi ke masyarakat harus dilakukan bertahap terutama dipedesaan agar tidak menimbulkan gejolak," kata dia.

Baca juga: Ini Bedanya Redenominasi dan Sanering

Bhima menambahkan untuk kasus Zimbabwe ada masalah ketidakpercayaan terhadap pemerintah paska redenominasi. Inflasi sebaiknya memang terkendali sbelum melakukan redenominasi. Selain itu sensitivitas kebijakan redenominasi terhadap kenaikan harga pun harus dihitung.

"Karena ada resiko juga pedagang membulatkan harga keatas. Misalnya barang dengan harga 13.500 setelah redenominasi menjadi Rp 14," ujarnya.

Ketua Komisi XI Melchias Marcus Mekeng mengungkapkan redenominasi ini membutuhkan waktu yang panjang sebelum masuk dalam program legislasi nasional (Prolegnas). Selain itu juga dibutuhkan sosialisasi yang intensif kepada masyarakat sampai bisa diterima secara penuh.

"Dari dulu belum ada tuh sosialisasi yang banyak dari BI. Mereka sosialisasi ke kalangan terbatas saja, padahal mereka harus sosialisasi ke 250 juta rakyat Indonesia," imbuh dia.

Baca juga: Tak Kunjung Kesampaian, Kapan RI Bisa Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1?

(eds/eds)