Penjualan surat utang yang mendadak ini menyebabkan lonjakan suku bunga surat utang AS dalam jangka pendek. Surat utang AS dengan tenor 10 tahun memiliki imbal hasil di atas 3% pada bulan April dan merupakan kali pertama sejak 2014.
Diperkirakan Rusia hanya ingin mendiversifikasi portofolionya, seperti yang dikatakan bank sentral. Selain itu, dimungkinkan Rusia membalas dendam atas sanksi melumpuhkan Washington terhadap perusahaan aluminium, Rusal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dolar AS Pagi Ini Melemah ke Rp 14.405 |
Ada sedikit perdebatan tentang dampak jangka panjang. Penjualan surat utang oleh Rusia tidak begitu mempengaruhi kemampuan AS untuk meminjam uang.
Hal ini dikarenakan investor, terutama asuransi jiwa dan dana pensiun yang memiliki minat besar untuk pendapatan bunga tetap. Suku bunga surat utang AS dengan cepat turun kembali di bawah 3% karena permintaan untuk obligasi terus tumbuh.
Dampak dari penjualan surat utang AS oleh Rusia bisa dibilang hal yang wajar. Rusia bukan kreditur terbesar AS, melainkan Cina.
Rusia memegang surat utang AS sebesar US$ 105,7 miliar pada November 2017, hanya menduduki peringkat ke-15 sebagai pemegang hutang asing terbesar. Sedangkan China memiliki sekitar US$ 1,2 triliun atau sekitar 10 kali lebih banyak dari Rusia.
"Ini tidak terlalu mengkhawatirkan," kata Kepala Strategi Pendapatan Tetap di Janney Capital Guy LeBas seperti dikutip dari CNN Money, Selasa (31/7/2018).
Eugene Chausovsky, Analis Senior Eurasia juga mengatakan bahwa langkah Rusia menjual surat utang AS bukan masalah besar.
"Jika kita melakukan penjualan semacam ini dari China, ini akan menjadi gambaran yang sepenuhnya berbeda," katanya.
Rusia memberikan jawaban yang cenderung normal terkait penjualan surat utang AS.
"Kami telah meningkatkan bagian dalam beberapa tahun terakhir, hampir sepuluh kali lipat dalam sepuluh tahun. Jadi kami melakukan diversifikasi seluruh struktur mata uang," kata Kepala Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina.
Tonton juga video: 'Trump Kini Akui Intervensi Rusia di Pilpres 2016'
(ara/ang)