Saat ini, BPJS Kesehatan tengah didera isu defisit yang mencapai Rp 16,5 triliun. Kondisi ini disebabkan adanya selisih antara pendapatan dengan pengeluaran BPJS untuk pembayaran klaim. Besaran iuran yang dibebankan ke peserta dinilai masih terlalu rendah.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengatakan, biaya iuran para peserta saat ini tergolong rendah. Apalagi jika dibandingkan dengan negara lain, contohnya Vietnam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya angka kita ini kalau dibandingkan dengan Vietnam, kebetulan saya baru pulang ada Asean Social Security Association Meeting. Vietnam saja contoh itu iurannya (terendah) itu US$ 2,7, dengan kurs sekarang," kata Fachmi di markas detikcom, Jumat (28/9/2018).
Sementara, kata Fachmi, iuran terendah BPJS Kesehatan tak mencapai US$ 2. Menurutnya, besaran iuran BPJS Kesehatan saat ini masih belum ideal.
Dia bilang, dengan iuran yang dibebankan kepada peserta saat ini belum bisa menutup pengeluaran klaim dari pemerintah. Apalagi jumlah peserta BPJS Kesehatan mencapai 200 juta jiwa. Semakin banyak peserta, maka defisit juga akan semakin melebar.
"Kita Rp 25.000, artinya kita kurang dari US$ 2. Memang angkanya belum mendekati angka ideal. Setelah ini kita hitung, ternyata memang tidak akan match, ada mismatch antara pendapatan, pengeluaran, berbasis iuran," kata Fachmi.