Jakarta -
Wakil Ketua DPR Fadli Zon kerap melontarkan kritik terhadap pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF)-World Bank (WB) di Bali.
Kritik Fadli tertuju pada anggaran yang digelontorkan Indonesia untuk menggelar pertemuan tahunan tersebut. Dia menganggap dana yang dihabiskan tidak sebanding dengan yang didapat Indonesia dari gelaran tersebut.
Fadli menyebut anggaran yang dipakai tergolong terbesar selama sejarah IMF-WB digelar. Dia pun menilai hal itu hanya membuang-buang anggaran negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kali ini Fadli kembali mengkritik pertemuan tahunan para pelaku ekonomi tersebut, dan apakah pernyataannya tepat?
Simak berita selengkapnya berikut ini yang dirangkum oleh detikFinance.
Wakil Ketua DPR Fadli Zon menganggap pertemuan IMF-WB tidak memberi dampak positif apa-apa buat Indonesia, misalnya dalam memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Pertemuan tahunan IMF/Bank Dunia tak memberi dampak penguatan rupiah," cuit Fadli Zon lewat akun Twitternya @fadlizon seperti dikutip detikFinance, Minggu (7/10/2018).
Tak hanya terhadap nilai tukar rupiah, dia juga menganggap pertemuan tahunan IMF-World Bank tidak akan berpengaruh terhadap meningkatnya kepercayaan investor untuk Indonesia.
Oleh karenanya dia mempertanyakan alasan pemerintah menggelar pertemuan tersebut. Pasalnya IMF-World Bank di Bali menelan biaya yang dianggapnya tidak sedikit.
"Tak meningkatkan kepercayaan pasar pada kita. Jadi pertemuan itu untuk apa? dan untuk siapa?," ujarnya.
Fadli Zon menyebut sebaiknya uang yang dikeluarkan untuk menggelar pertemuan tersebut digunakan untuk membantu korban bencana. Seperti diketahui, Palu, Donggala, dan Sigi di Sulawesi Tengah telah dilanda bencana gempa dan tsunami.
Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Ydhoyono (SBY), Chatib Basri memandang pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) yang berlangsung di Bali, pekan depan punya manfaat buat Indonesia.
"Salah satu manfaat pertemuan tahunan, kita bisa memperjuangkan ide kita di forum-forum itu," cuit Chatib lewat akun Twitternya, @ChatibBasri seperti dikutip detikFinance, Minggu (7/10/2018).
Pertemuan tahunan tersebut juga membahas beragam isu seputar situasi perekonomian dunia. Indonesia bisa ikut ambil bagian dengan menyampaikan ide-idenya. Tentunya situasi perekonomian dunia bukan satu-satunya topik yang dibahas.
"Di dalam pertemuan ini dibahas situasi ekonomi dunia, diskusi mengenai kebijakan negara-negara, perkembangan teknologi, dan sebagainya. Indonesia bisa memanfaatkan itu untuk komunikasi dan memasukkan idenya," sebutnya.
Menurut Chatib, IMF mendukung Indonesia dalam memerhatikan kondisi perekonomian, khususnya di negara emerging atau negara berkembang.
"Bersama Gubernur Rajan dari India saat itu dalam meeting terbatas, saya meminta the Bernanke dari the Fed (Bank Sentral AS) untuk melakukan komunikasi dan mempertimbangkan dampak policy-nya pada emerging economies. IMF mendukung kita," jelasnya.
Pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB)yang berlangsung di Bali, pekan depan tak jarang menimbulkan tanya, apakah Indonesia bakal menambah utang?
Pertanyaan tersebut didasari oleh fakta bahwa Bank Dunia adalah pemberi utang terbesar buat Indonesia, yakni untuk pinjaman multilateral. Misalnya, per Februari 2018, pinjaman multilateral Indonesia sebesar Rp 396,02 triliun. Terbesar dari World Bank, Rp 249,67 triliun atau 63,0%.
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri buka suara soal adanya pertanyaan tersebut. Menurut dia, gelaran IMF-WB sama sekali tidak bertujuan untuk menambah utang oleh Indonesia.
"Ada pertanyaan apakah dengan pertemuan tahunan tujuannya untuk meminta tambahan utang? Jawabannya sama sekali tidak," cuit Chatib lewat akun Twitternya, @ChatibBasri seperti dikutip detikFinance, Minggu (7/10/2018).
Chatib menjelaskan, jika pemerintah Indonesia mau meminta tambahan utang tidak perlu repot-repot jadi tuan rumah IMF-WB. Dia pun mencontohkan Argentina yang meminta utang ke IMF karena krisis.
"Untuk meminta tambahan utang, tidak perlu jadi tuan rumah. Argentina meminta utang IMF tahun ini karena krisis. Mereka bukan tuan rumah," tambahnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman