"Menurut saya itu sudah tepat, memang karena tahun ini current account deficit (CAD) kita agak melebar ya walaupun ada perhitungan akhir tahun harusnya di bawah 3%," kata Kartika kepada detikFinance, Kamis (15/11/2018).
Menurut pria yang akrab disapa Tiko, kenaikan bunga perlu dilakukan untuk memastikan jika Indonesia perlu untuk memastikan investor tetap tinggal dengan suku bunga yang lebih tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menambahkan, saat ini Indonesia juga harus membandingkan kondisi ekonomi dengan Brasil, India dan Filipina. Karena itu dibutuhkan langkah untuk menahan tekanan akibat melebarnya defisit.
"Jadi kita jangan seperti Turki yang CAD nya melebar tapi bunganya tidak naik-naik malah disikat sama investor. Memang inflasi kita rendah tapi kita lumayan di CAD. Tapi monetary policy kita sudah lumayan prudent," imbuh dia.
Selain BI 7days reverse repo rate. BI juga menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%.
Baca juga: Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Menguat 0,9% |
Keputusan tersebut sebagai langkah lanjutan BI untuk memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman.
Kenaikan suku bunga kebijakan tersebut juga untuk memperkuat daya tarik aset keuangan domestik dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan.
Untuk meningkatkan fleksibilitas dan distribusi likuiditas di perbankan, BI menaikkan porsi pemenuhan GWM Rupiah Rerata (konvensional dan syariah) dari 2% menjadi 3% serta meningkatkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial/PLM (konvensional dan syariah) yang dapat direpokan ke BI dari 2% menjadi 4%, masing-masing dari Dana Pihak Ketiga (DPK). (kil/ara)











































