Anggota Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Drajad Wibowo menerangkan, secara teori utang pemerintah masih aman. Namun, dia mengatakan, kondisi yang mengkhawatirkan ialah porsi untuk membayar utang memakan porsi besar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dia mencontohkan, di tahun 2017 porsi pembayaran utang pemerintah Rp 500 triliun. Angka itu lebih tinggi dibanding alokasi untuk infrastruktur Rp 400 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Utang itu kalau dari sisi debt ratio itu kita memang masih kecil, secara teori ekonomi masih relatif aman. Cuma persoalannya adalah debt service, pembayaran utang memakan porsi APBN yang besar. Tahun 2017 kalau nggak salah pembayaran utang kita itu di atas Rp 500 triliun, anggaran untuk infrastruktur Rp 400 triliun," kata Drajad di Media Center Prabowo-Sandi Jakarta, Rabu (23/1/2019).
"Artinya apa, untuk bayar utang Rp 100 triliun lebih besar dari infrastruktur, padahal infrastruktur yang dibangga-banggakan kan tapi kalah dengan pembayaran utang," sambungnya.
Dia mengatakan, pangkal masalah tersebut ialah tax ratio yang masih kecil. Maka, jika Prabowo-Sandi menang dalam pemilihan umum April mendatang akan meningkatkan tax ratio sampai 16%.
"Jadi yang membuat utang ini menjadi masalah karena memakan porsi yang terlalu besar di APBN, kenapa demikian karena tax ratio masih kecil," ujarnya.
Drajad mengatakan, Prabowo-Sandi berjanji akan memangkas utang pemerintah tersebut. Soal targetnya, dia belum bisa menerangkan secara rinci.
"Target pengurangan utang kita belum matengkan, tapi yang jelas komitmennya adalah untuk mengurangi utang. Tentu harus kita itung sesuai proyeksi pertumbuhan dunia, karena proyeksi pertumbuhan dunia karena lembaga-lembaga dunia mengatakan proyek pertumbuhan ekonomi dunia turun 2019. Sehingga base-nya lebih rendah. Nanti akan kita itung ulang," ujarnya. (zlf/zlf)