-
Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) periode Februari 2019. Hasilnya BI menahan suku bunga acuan di level 6%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan ditahannya suku bunga sudah sejalan dengan upaya BI menjaga stabilitas sistem keuangan dan menjaga daya tarik aset keuangan domestik.
Perry menyebutkan dengan bunga acuan di level 6%. Kondisi likuiditas perbankan masih tetap terjaga, karena itu BI menyebut bank tak perlu menaikkan suku bunga. Berikut berita selengkapnya:
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan ketersediaan likuiditas perbankan cukup baik. BI menempuh strategi operasi moneter untuk meningkatkan ketersediaan likuiditas.
Menurut Perry, likuiditas dilonggarkan bersama dengan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjadi upaya perbankan agar menaikkan kredit.
"Bagaimana kita membuat ramuan atau bauran dari kebijakan. Dengan ketersediaan likuiditas perbankan tidak mesti naikkan suku bunganya. Tahun ini kredit akan naik. Bagaimana kredit perbankan bisa tumbuh atau bahkan bisa lebih tinggi dari 12%," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, Kamis (21/2/2019).
Perry menyebutkan operasi moneter dilakukan oleh bank sentral untuk menjaga ketersediaan likuiditas baik rupiah maupun valas.
"Kita meningkatkan ekspansi operasi moneter. Sehingga likuiditas perbankan itu akan meningkat, sehingga ini akan mendukung pembiayaan (kredit) dari perbankan," ujarnya.
Adapun operasi moneter yang akan dilakukan BI untuk menjaga ketersediaan likuiditas yakni dengan menyiapkan instrumen, frekuensi dan kesiapan term repo dan swap.
"Sejak Desember-Januari dan ke depan itu meningkatkan ketersediaan likuiditas. Kita perbanyak frekuensi volume term repo, swap valas, dan langkap dalam operasi moneter. Kita terus meningkatkan ekspansi operasi moneter," ucap Perry.
Memang pertumbuhan kredit yang relatif lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan DPK secara rata-rata telah memberikan tekanan terhadap kondisi likuiditas perbankan, khususnya pada kelompok bank BUKU III atau bank dengan modal inti Rp 5-30 triliun dengan LDR di atas 100% yang memicu persaingan tingkat suku bunga.
Perry menyebut stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai fungsi intermediasi yang tetap baik dan risiko kredit yang terkendali. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan tetap tinggi mencapai 22,9% dan rasio likuiditas (AL/DPK) masih aman yakni sebesar 19,3% di Desember 2018.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pasca pengumuman bunga acuan sore ini. IHSG ditutup menguat 24,98 poin (0,38%) ke level 6.537,766.
Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah sore ini ditutup di angka Rp 14.050.
Pada perdagangan pre opening, IHSG turun 2,21 poin (0,03%) ke 6.510,57. Indeks LQ45 juga berkurang 0,51 poin (0,05%) ke 1.018,814.
Membuka perdagangan, Kamis (21/2/2019), IHSG berbalik menguat 3,08 poin poin (0,04%) ke 6.515,86. Indeks LQ45 berkurang 0,29 poin (0,03%) ke 1.019,040.
Pada pukul 09.06 waktu JATS, IHSG kembali melemah dengan turun 0,5 poin ke level 6.512,282. Sedangkan indeks LQ45 turun 1,2 poin (0,18%) ke 1.017,545.
Hingga sesi I berakhir, IHSG naik 4,26 poin (0,06%) ke level 6.517,04. Sedangkan indeks LQ45 turun 0,15 poin (0,01%) ke 1.019,181.
Sore harinya, IHSG ditutup menguat 24,98 poin (0,38%) ke level 6.537,766. Sedangkan indeks LQ45 naik 5,1 poin (0,5%) ke level 1.024,435.
Perdagangan saham ditransaksikan 473.902 kali dengan nilai Rp 9,4 triliun. Sebanyak 206 saham menguat, 200 saham turun dan 140 saham tak berubah.
Penguatan IHSG diwarnai menghijauhnya delapan sektor saham. Saham sektor tambang naik paling tinggi disusul saham sektor industri dasar dan agrikultur.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan saat ini rupiah masih undervalue atau di bawah nilai fundamentalnya namun cenderung stabil.
Perry memproyeksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tahun ini akan bergerak stabil dan sesuai dengan mekanisme pasar.
"Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan cenderung stabil, tapi masih undervalue, tapi kemungkinan rupiah itu akan menguat dan itu bisa terjadi," kata Perry di Gedung BI, Jakarta Pusat, Kamis (21/2/2019).
BI mencatat nilai tukar rupiah pada kuartal IV-2018, secara point to point menguat sebesar 3,63% dibandingkan dengan level akhir triwulan III-2018, ditopang NPI yang mencatat surplus.
Penguatan rupiah berlanjut pada Januari 2019 yang mencapai 2,92% dan terus terjadi pada Februari 2019. Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) atau kurs tengah BI, hari ini rupiah bergerak cukup stabil yakni berada di posisi Rp 14.057 per dolar AS, sedikit melemah dibandingkan kemarin yang berada di posisi Rp 14.055 per dolar AS.
"Tren penguatan Rupiah pada awal 2019 ditopang aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik seiring terjaganya fundamental ekonomi domestik dan tetap tingginya daya tarik aset keuangan domestik serta berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global," imbuh dia.