Rilis Buku KSK, Gubernur BI Nostalgia Ketidakpastian Global 2018

Rilis Buku KSK, Gubernur BI Nostalgia Ketidakpastian Global 2018

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 03 Mei 2019 11:10 WIB
Foto: Sylke Febrina Laucereno
Jakarta - Bank Indonesia (BI) hari ini meluncurkan buku kajian stabilitas keuangan (KSK). Buku tersebut merupakan versi lengkap ulasan perekonomian nasional dan kebijakan yang ditempuh.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan sektor global memang mempengaruhi perekonomian negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Karena itu sebagai bank sentral BI berupaya untuk menggabungkan analisis yang pro dengan cyclical dalam sektor keuangan yang digabungkan dengan analisis mikro yang sistemik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak hanya dari mikro tapi juga makro, tidak hanya dari akumulasi tapi juga dilihat dari stabilitas keuangan hingga melihat risiko seperti properti hingga utang luar negeri," kata Perry dalam peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan semester II-2018 yang bertema "Penguatan Intermediasi di tengah Ketidakpastian Ekonomi Global" di Gedung BI, Jakarta, Jumat (3/5/2019).

Perry menjelaskan tahun 2018 juga dilakukan penguatan intermediasi di tengah ketidakpastian ekonomi global.

"Kita ingat 2018 bagaimana terjadinya ketidakpastian global, tak hanya dari sisi moneter tapi juga dari sisi stabilitas keuangan," imbuh dia.

Gubernur BI Perry WarjiyoGubernur BI Perry Warjiyo Foto: Sylke Febrina Laucereno




Dia menjelaskan buku yang diluncurkan BI juga mengulas secara tuntas terkait ekonomi Indonesia, perlambatan ekonomi global dan dampak kenaikan bunga Federal Reserve (Fed) dan langkah BI untuk menaikkan bunga sebanyak 175 basis poin.

Kemudian ada juga pembahasan tentang latar belakang BI melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan melakukan intervensi.

"Tantangannya adalah bagaimana langkah di sisi kebijakan moneter bisa menjaga stabilitas sistem keuangan baik secara mikro maupun makro. Ini tantangan yang harus dicermati dari sisi bank sentral, kejelian, kecermatan dan respon cepat untuk memitigasi risiko di stabilitas sistem keuangan," imbuh dia.

(kil/eds)

Hide Ads